Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok menyusul kenaikan harga komoditas dan imbal hasil obligasi AS. Prospek pemulihan yang dinilai lebih cepat dari perkiraan.
Dilansir dari Bloomberg, pada perdagangan Senin (22/2/2021), saham teknologi menjadi pemberat Wall Street. Indeks Nasdaq 100 turun sekitar 1 persen sedangkan indeks S&P500 turun 0,6 persen.
Saham Boeing Co. turun 2 persen setelah pabrikan pesawat itu mengumumkan penghentian penggunaan pesawat 777 setelah ada kegagalan mesin. Di sisi lain, yield obligasi 10 tahun AS naik 1,35 persen. Harga komoditas juga kompak menghijau dari minyak brent hingga tembaga.
Kepala Alokasi Aset Global UBS Wealth Management Adrian Zuercher mengatakan pasar keuangan masih menghadapi iklim yang berisiko.
"Semua orang berbicara pertumbuhan ekonomi lebih baik, prospek lebih banyak stimulus fiskal, maka normal saja kalau semuanya cenderung lebih tinggi," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Di Asia, bursa saham China merosot. Indeks CSI 300 turun 3,1 persen, penurunan terbesar sejak Juli. Adapun indeks S&P BSE Sensex India merosot untuk hari kelima.
Berikut perkembangan pasar terkini :
Saham
- Indeks S&P 500 turun 0,6% pada 9:31 pagi waktu New York.
- Indeks Stoxx Europe 600 turun 0,7%.
- Indeks MSCI Asia Pasifik merosot 0,6%.
Mata Uang
- Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,1%.
- Euro naik 0,2% menjadi $ 1,2139.
- Pound Inggris naik 0,1% menjadi $ 1,4029.
- Yen Jepang naik 0,1% menjadi 105,37 per dolar.
Obligasi
- Imbal Hasil obligasi 10-tahun AS naik satu basis poin menjadi 1,35%.
- Imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman turun dua basis poin menjadi -0,33%.
- Imbal hasil obligasi 10-tahun Inggris turun satu basis poin menjadi 0,68%.
Komoditas
- Minyak mentah West Texas Intermediate naik 2,3% menjadi $ 60,60 per barel.
- Emas menguat 0,7% menjadi $ 1.796,22 per ounce.