Bisnis.com, JAKARTA - PT Jasa Armada Indonesia Tbk. (IPCM) menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dapat menjadi pemicu merangsang aktivitas ekonomi terutama pendanaan aksi korporasi melalui sumber dana dari pinjaman perbankan.
Deputy Vice President Investor Relations Jasa Armada Indonesia Rasheldy Putri Adiwinata menuturkan penurunan suku bunga acuan dapat membantu menggairahkan ekspansi bisnis perseroan.
"Penurunan BI rate disambut baik pelaku pasar dan diharapkan menjadi trigger untuk merangsang dan meningkatkan aktivitas ekonomi di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi saat ini," jelasnya kepada Bisnis, Senin (22/2/2021).
Kendati demikian, emiten bersandi IPCM ini belum berencana memanfaatkan dana dari pinjaman perbankan untuk mendanai belanja modalnya. Pasalnya, dana hasil penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) perseroan masih ada di genggaman.
Dengan begitu, perseroan masih akan memanfaatkan dana segar hasil IPO tersebut. Entitas anak Pelindo II tersebut mulai memperdagangkan sahamnya di bursa efek pada 22 Desember 2017.
Emiten penyedia jasa kapal pandu dan tunda tersebut meraup Rp461,89 miliar pada IPO akhir tahun lalu. Dengan biaya yang dikeluarkan untuk IPO sebesar Rp22,36 miliar, perseroan mengantongi dana bersih sebesar Rp439,53 miliar.
Baca Juga
Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Amri Yusuf menuturkan perseroan akan fokus ke bisnis inti pada 2021. Langkah itu dengan terus berupaya meningkatkan pasar yang sudah digarap dan terus meningkatkan layanan.
"Dengan pengalaman, kami terus ekspansi ke area-area lain yang relevan dengan bisnis kami. Selain layanan pelabuhan umum, kami juga masuk ke pelabuhan-pelabuhan khusus yang dioperatori non-IPC [Pelindo II], seperti TUKS dan terminal khusus," urainya.
Amri mengatakan perseroan menargetkan pertumbuhan secara keseluruhan 5 persen pada 2021. IPCM menargetkan komposisi besar di luar dari pasar induk usaha.
IPCM baru saja menambah portofolio baru dalam aktivitas tunda dan pandu kapal. Pada 2021, perseroan resmi menggarap pandu dan tunda untuk Jawa Satu Power, Pelabuhan Patimban, serta Kanci I dan Kanci II.
Dari sisi armada, perseroan kini memiliki 89 unit kapal dengan empat unit kapal terbaru yang baru saja dibangun. Pembangunan kapal baru akan dilakukan ketika sudah ada pasar potensial baru yang sudah sepakat dan membutuhkan pelayanan.
"Setidaknya ada beberapa dalam pipeline kami jumlahnya 506 potensial market lagi, buat IPCM dapat 5-6 market baru akan berpengaruh buat investor juga menarik. Kalau sudah pasti seperti Jawa Satu Power dan Kanci nanti diumumkan,” ujar Amri.
Emiten bersandi IPCM ini memiliki dua pangsa pasar besar yakni pangsa pasar jasa pandu dan tunda pelabuhan yang didapatkan dari induk usaha yakni IPC serta pangsa pasar dari di luar induk usaha.
Berdasarkan tipologi tersebut, perseroan terus berupaya menggenjot pendapatan dari pangsa pasar di luar induk usaha. Pasalnya, pangsa pasar induk usaha terbatas pada pertumbuhan dari pelayanan induk usaha.
Perseroan terangnya terus berupaya meningkatkan kinerjanya agar dapat menjadi pemimpin pasar untuk jenis jasa yang dilayani. IPCM ingin terus meningkatkan pendapatan dari non induk usaha agar dapat mewujudkan cita-cita tersebut.
Direktur SDM dan Keuangan Rizky Pribadi Hasan mengungkapkan hingga 2020 total pendapatan pasar garapan di luar induk usaha telah bertumbuh hingga 20 persen. Pertumbuhan tersebut telah berdampak terhadap total kontribusi pendapatan perseroan menjadi 13 persen dari keseluruhan pendapatan IPCM.
"Kontribusi dari market di luar IPC ke total pendapatan lebih dari 13 persen pada 2020 meningkat dari 2019 yang hanya 9 persen. Pada 2021, harapannya estimasi kami bisa diharapkan kontribusi market non IPC terhadap keseluruhan pendapatan bisa mencapai 18-20 persen," katanya.