Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Jasa Armada Indonesia Tbk. dan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. kompak melejit di awal perdagangan hari ini, Selasa (16/2/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, saham IPCM terpantau menguat 28 poin atau 8,14 persen ke level 372 pada pukul 09.43 WIB. Saham IPCC juga melonjak 60 poin atau 9,16 persen ke pisisi 715.
Saham IPCM dibuka di 350 adan sempat menyentuh level 388 dalam hampir satu jam perdagangan. Sementara itu, saham IPCC dibuka menguat di 665 dan sempat menyentuh posisi 740.
Total transaksi perdagangan saham IPCM mencapai 54,6 juta lembar dengan nilai transaksi Rp20 miliar. Adapun transaksi saham IPCC sebanyak 26 juta lembar dengan nilai transaksi Rp18,52 miliar.
Sekadar mengingatkan, kenaikan saham IPCC dan IPCM secara historis terkait dengan rencana meger induknya, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC).
Pada 21 Januari 2021 IPCC ditutup melesat 165 poin atau 24,44 persen ke level 840. Sementara itu, saham IPCM melonjak 100 poin atau 23,81 persen ke level 520. Saat itu, wacana merger Pelindo II dengan Pelindo I, Pelindo III, dan Pelindo IV berhembus setelah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan tengah mengkaji kemungkinan merger BUMN pelabuhan.
Baca Juga
Pernyataan ini disampaikan pada siaran YouTube Kementerian BUMN RI berjudul "Masa Depan Pelabuhan Indonesia" yang disiarkan secara langsung pada Jumat (15/1/2021).
"Keinginan kita Pak Jokowi, tol laut itu akan semakin cepat terlaksana ketika ide besar membangun sebuah kekuatan, menyatukan Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV dalam sebuah perusahaan, di merger," ungkap Arya Sinulingga, Staf Khusus Kementerian BUMN.
Direktur Utama IPC Arif Suhartono menyuarakan lagi rencana merger Pelindo I–IV sebagai jalan yang terbaik bagi BUMN pengelola pelabuhan.
Dari segi ekonomi, dia menilai aksi korporasi itu bisa menjadikan pelabuhan memiliki performa tinggi dan dapat dipercaya.
Kondisi saat ini, performa dan kapabilitas masing-masing Pelindo berbeda karena entitasnya yang juga berbeda.
“Tidak akan mudah secara governance, source dari sini pindah ke yang lain. Itu enggak bisa, dan dengan adanya problem tersebut, maka salah satu solusi yang ditawarkan dari studi yang ada, itu adalah merger,” kata Arif dalam diskusi virtual, belum lama ini.