Bisnis.com, JAKARTA - Imbal hasil dividen dari kinerja 2020 yang akan dibagikan kepada pemegang saham pada tahun ini berpotensi menurun.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menuturkan emiten-emiten konstituen indeks IDX High Dividend 20 (IDX HIDIV20) diperkirakan akan mengalami penurunan yield atau imbal hasil dividen akibat kinerja 2020 yang menurun. Kendati begitu, prospek emiten-emiten royal dividen masih tetap cerah.
Penurunan yield dividen disebabkan karena pelemahan kinerja akibat pandemi virus corona (Covid-19) tetapi sahamnya sudah menguat signifikan.
"Secara kinerja indeks, indeks ini masih berpotensi menguat lagi di tahun 2021 ini. Hal ini karena potensi perbaikan ekonomi di tahun ini yang juga menjadi katalis positif untuk emiten-emiten yang juga berada di index ini untuk membukukan peningkatan kinerja daripada tahun 2020," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (21/2/2021).
Potensi pemulihan dan peningkatan kinerja pada 2021 ini pun sudah direspon baik oleh pasar dengan meningkatnya harga saham dari 2020 karena optimisme investor akan potensi perbaikan ekonomi tersebut.
Hendriko menjelaskan dalam mengambil keputusan pemilihan saham-saham dari indeks ini, terutama bagi investor yang juga mengincar dividen dari saham-saham ini, investor dapat memperhatikan bagaimana kinerja keuangan emiten tersebut selama tahun 2020.
Baca Juga
Selain itu, investor dapat memperhatikan kebijakan-kebijakan dividen yang dikeluarkan oleh emiten. Hal ini karena kondisi ekonomi 2020 dan di awal 2021 yang masih terdampak pandemi Covid-19 ini membuat kondisi keuangan emiten berbeda dari kondisi normal sehingga emiten bisa saja mengubah beberapa kebijakan mereka.
"Perubahan kebijakan ini termasuk dividend policy mereka seperti menurunkan tingkat dividend payout ratio. Investor juga perlu mempertimbangkan potensi kinerja emiten ke depan, terlebih di tahun 2021," ungkapnya.
Hal ini dilakukan agar investor tidak hanya berpatokan pada kinerja masa lalu, tetapi juga mempertimbangkan nilai masa depan dari emiten. Pasalnya, potensi pertumbuhan keuangan emiten ke depan akan berpengaruh ke harga saham serta dividen di masa depan.
Di sisi lain, emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. berencana membagikan dividen kepada para pemegang saham yang berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya per akhir 2019.
Untuk itu, manajemen Tower Bersama Infrastructure akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan pada 9 Maret 2021.
Dari laporan keuangan per 31 Desember 2021, emiten dengan kode saham TBIG masih memiliki saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sejumlah Rp1,54 triliun.
“Perseroan bermaksud untuk mengusulkan kepada para pemegang saham perseroan untuk menyetujui penggunaan sebagian dari saldo laba perseroan yang belum ditentukan penggunaannya per tanggal 31 Desember 2019 tersebut untuk dibagikan sebagai dividen tunai,” tulis manajemen TBIG.
Melihat tahun-tahun sebelumnya, emiten Grup Saratoga ini biasanya membagikan dividen sekitar Rp600 miliar setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2020, TBIG mencatat pendapatan bersih sebesar Rp3,93 triliun. Jumlah tersebut naik 13,49 persen dibandingkan periode Januari-September 2019.
Seluruh pendapatan perseroan berasal dari penghasilan sewa menara telekomunikasi dan properti investasi. Penyewa terbesar TBIG saat ini adalah anak PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Dari sisi bottom line, pertumbuhan laba TBIG juga naik signifikan. Laba yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik per akhir kuartal III/2020 mencapai Rp747 miliar, naik 22,26 persen dari sebelumnya Rp611 miliar.