Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Optimis Ekonomi Bakal Pulih, Wall Street Cetak Rekor

Pada perdagangan Selasa (16/2/2021), pelaku pasar memburu saham-saham yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, termasuk komoditas dan saham siklikal
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) mencetak rekor baru di tengah optimisme pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi. Imbal hasil obligasi AS juga menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir. 

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq Composite sempat mencatat rekor sebelum turun dari level tertinggi. 

Indeks S&P 500 dan Nasdaq turun 0,06 persen dan 0,34 persen sedangkan Dow Jones naik 0,20 persen. Sementara itu indeks saham negara berkembang MSCI mengakhiri reli 11 sesi berturut-turut.

Pada perdagangan Selasa (16/2/2021), pelaku pasar memburu saham-saham yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, termasuk komoditas dan saham siklikal. Investor juga tengah semringah dari aksi spekulasi di bitcoin yang sudah menyentuh US$50.000

"Stimulus moneter yang berkelanjutan dan dukungan fiskal mempertahankan fondasi yang kuat untuk aset berisiko," kata Seema Shah, kepala strategi di Principal Global Investors seperti dikutip dari Bloomberg.

Minyak Brent bertahan mendekati level tertinggi 13 bulan setelah suhu beku melumpuhkan sistem tenaga Texas dan mengganggu produksi minyak mentah. Hampir 5 juta orang di seluruh AS jatuh ke dalam kegelapan karena rumah dan bisnis kehilangan daya. Harga gas alam untuk pengiriman Maret melonjak sebanyak 7 persen.

Dalam pasar logam, tembaga naik ke level tertinggi sejak 2012 dan timah memperpanjang lonjakan dramatis. Citigroup Inc. memperkirakan harga tembaga akan naik menjadi US$10.000 per ton dalam enam hingga 12 bulan karena pemulihan permintaan yang lebih baik dari perkiraan, terutama di luar China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper