Bisnis.com, JAKARTA - Faktor cuaca dan keterbatasan kemampuan produksi pada negara produsen dinilai menjadi faktor utama kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Selasa (16/2/2021), harga CPO untuk kontrak Mei 2021 terpantau naik 57 poin ke 3.524 ringgit per ton. Sebelumnya, harga CPO kontrak ini sempat melesat hingga level 3.581 ringgit per ton.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan musim hujan ekstrim yang dialami oleh negara produsen CPO, seperti Indonesia dan Malaysia, menyebabkan terganggunya proses panen dan distribusi.
Di sisi lain, Malaysia sebagai salah satu negara utama produsen CPO tengah mengalami keterbatasan tenaga kerja pada lahan sawitnya. Hal tersebut juga diperparah dengan kebijakan isolasi yang diterapkan pemerintah setempat.
Ibrahim menjelaskan, produksi CPO di Malaysia saat ini masih mengandalkan tenaga kerja asing. Sehingga, pemberlakuan isolasi atau pembatasan pergerakan akan membatasi jumlah tenaga kerja yang ada.
“Imbasnya juga akan terasa pada menurunnya output CPO dari Malaysia,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (16/2/2021).
Baca Juga
Meski demikian, Ibrahim mengatakan prospek harga CPO masih cukup baik. Hal tersebut salah satunya didukung oleh kabar perkembangan paket stimulus sebesar US$1,9 triliun dari Amerika Serikat.
Ia melanjutkan, kucuran stimulus dari AS dan pemerintah serta bank sentral negara lain akan memicu pemulihan ekonomi global. Hal tersebut juga akan memulihkan kegiatan produksi serta tingkat permintaan terhadap minyak kelapa sawit.
Hingga semester I/2021, Ibrahim memproyeksikan harga CPO berada di kisaran 3.300 hingga 3.700. Sementara itu, dalam jangka panjang, CPO akan bergerak pada rentang 2.800 hingga 3.800 ringgit per ton.
Sementara itu, Trader Sprint Exim Pte., Singapore, Rajesh Modi mengatakan, jumlah cadangan CPO saat ini masih berada dalam kategori rendah. Hal tersebut diyakini mendorong sentimen bullish bagi CPO yang akan semakin melambungkan harga komoditas ini.
“Pasar CPO akan tetap bullish hingga kenaikan angka produksi terjadi, dan hal ini belum akan terjadi sebelum paruh kedua bulan Maret,” katanya dikutip dari Bloomberg.