Bisnis.com, JAKARTA - Analis menilai kehadiran lembaga pengelola investasi Indonesia Investment Authority (INA) akan menjadi katalis positif bagi perusahaan kontruksi PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Analis Samuel Sekuritas Selvi Ocktaviani menjelaskan INA dapat berkontribusi dalam pendanaan proyek strategis yang sedang dikerjakan Adhi Karya seperti MRT Fase II, LRT Jabodebek tahap II, hingga jalan tol strategis.
“Keberadaan lembaga SWF menjadi katalis positif pendanaan proyek strategis,” tulis Selvi dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Selasa (16/2/2021).
Adapun, kinerja positif emiten berkode saham ADHI sepanjang tahun lalu membuat kas perseroan berada di level yang aman saat ini. Bahkan, Selvi melihat kemampuan ADHI dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur tetap terjaga.
Di tambah lagi, ADHI juga mendapatkan pembayaran ke-7 dari proyek LRT Jabodebek senilai Rp1,1 triliun dan pembayaran ke-2 proyek jalan tol Aceh-Sigli senilai Rp500 miliar pada akhir tahun lalu.
Dengan demikian, Selvi memperkirakan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) perseroan akan turun menjadi 1,6 kali pada 2020 dibandingkan 1,54 kali pada tahun sebelumnya. Adapun, DER dari Adhi Karya sempat melonjak ke level 1,85 kali pada Juni 2020.
Samuel Sekuritas pun merekomendasikan beli untuk saham ADHI dengan target harga Rp1.800 per saham. Namun, risiko terhadap pergerakan saham ADHI dinilai masih akan berasal dari pandemi Covid-19 yang berkepanjangan sehingga pemulihan ekonomi tidak secepat yang diharapkan.
Di lantai bursa, saham ADHI terkoreksi 0,97 persen menjadi Rp1.530 per saham menjelang penutupan perdagangan hari ini, Selasa (16/2/2021).
Namun, saham ADHI sempat terapresiasi hingga menyentuh level tertinggi Rp1.600 per saham pada sesi I atau sesaat setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan formasi lengkap dewan direksi INA.