Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) angkat bicara soal perusahaan teknologi yang ramai-ramai mengantre masuk ke pasar modal Indonesia lewat penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat mengatakan sektor teknologi khususnya yang berhubungan dengan komunikasi saat ini memang sedang menjadi sektor yang menarik dan berpotensi tumbuh pesat.
Kondisi itu, lanjut dia, terdorong oleh kondisi pandemi Covid-19 yang melanda sehingga kebutuhan akan teknologi digital kian meningkat. Alhasil, untuk memenuhi kebutuhan pasar banyak perusahaan teknologi yang membutuhkan modal untuk berekspansi.
“Jadi, ya relevan kalau banyak yang IPO karena butuh dana segar yang cukup besar untuk menunjang capex [capital expenditure] untuk mengembangkan usaha mereka, apalagi sepertinya size company rata-rata bukan yang besar,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Jumat (12/2/2021)
Di sisi lain, Samsul juga mengomentari kabar mengenai perusahaan teknologi raksasa yang akan segera merapat ke Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema IPO.
Menurutnya, proses IPO calon emiten dari kalangan unicorn ini perlu mendapat perhatian baik dari regulator maupun investor karena perhitungan valuasi perusahaan jenis tersebut biasanya berbeda dengan perhitungan perusahaan konvensional.
Baca Juga
“Tentu tidak akan menggunakan teknik-teknik valuasi lama, ini ada perhitungan valuasi baru yang mereka terapkan. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba mereka keluar dengan harga yang premium,” kata Samsul yang juga Mantan Direktur Penilaian Perusahaan BEI periode 2015 – 2018.
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa para pelaku pasar juga harus memahami bahwa perusahaan unicorn ini menawarkan ekspektasi, alih-alih kinerja yang lebih dapat diprediksi seperti perusahaan konvensional.
“Mereka ini kan menawarkan kalau kami nanti akan menjadi besar, kalau tidak sesuai ekspektasi misalnya nanti tiba-tiba harganya turun jangan menganggap itu salah juga karena namanya bisnis apapun bisa tiba-tiba berbalik arah,” tuturnya lagi.
Samsul mencontohkan sebuah unicorn yang beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan pesat lewat penjualan tiket dan akomodasi, tiba-tiba melambat tahun lalu karena kedatangan pandemi Covid-19 yang tidak pernah diduga.
“Perlu diingatkan dari awal agar hati-hati, karena sejauh ini juga kita nggak tahu bagaimana financial position mereka kan, investor harus liat financial performance dan harus lihat apa yang dijual. Artinya, lebih teliti saja,” pungkasnya.