Bisnis.com, JAKARTA – Manajer investasi masih berselera mengumpulkan saham dari sektor barang konsumer untuk dijadikan aset dasar produk reksa dana.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 5 Februari 2021, saham sektor barang konsumer menempati posisi kedua terbawah dengan pelemahan sebesar 3,68 persen sejak awal tahun (year-to-date).
Kinerja itu hanya lebih baik dari saham sektor properti, real estat, dan konstruksi bangunan yang anjlok 4,57 persen ytd.
Sementara dari pengelompokan terbaru yaitu indeks saham sektoral IDX-IC, kedua saham sektor konsumer kompak di zona merah.
Indeks IDX Sector Consumer Non-Cyclicals terkoreksi 3,73 persen ytd sementara indeks IDX Sector Consumer Cyclicals turun 1,08 persen.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menjelaskan pada masa pemulihan ekonomi biasanya konsumen lebih banyak belanja untuk keperluan yang esensial sehari-hari. Tekanan daya beli ini pun berdampak pada kinerja perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumer.
Baca Juga
“Kalau daya beli membaik otomatis penjualan barang keperluan sehari-hari dan makanan minuman di Unilever dan Indofood akan lebih baik juga tahun ini,” kata Farash kepada Bisnis, Minggu (7/2/2021).
Farash mengatakan saat ini manajer investasi lebih suka mengoleksi saham konsumer yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas tinggi, seperti ICBP dan UNVR.
Selain kedua faktor di atas, dua emiten itu juga dianggap memiliki kinerja bisnis yang lebih stabil dibandingkan emiten konsumer lainnya.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menambahkan bahwa tekanan terhadap kinerja saham konsumer pada awal tahun ini juga berasal dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada di bawah level 100.
“[Lagi pula] tingkat inflasi rendah,” kata Nafan kepada Bisnis.
Nafan pun masih merekomendasikan beli untuk saham konsumer seperti UNVR, ICBP, INDF, GGRM, dan HMSP. Adapun, saham rokok tetap direkomendasikan karena tren konsumsi rokok setiap tahun selalu positif.