Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cermati Faktor-Faktor Penekan IHSG, dari Covid-19 hingga Aksi Spekulasi

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada Kamis (28/1/2021), indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,12 persen menjadi 5.979. Sejak awal tahun, IHSG masih tumbuh 0,01 persen.
Karyawan beraktivitas di dekat papan penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Senin (4/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat papan penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Senin (4/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) semakin lesu di penghujung Januari tahun ini. Penguatan yang cukup baik terjadi sejak pertengahan tahun ini, gagal setelah IHSG kembali ditutup di bawah level 6.000 pada perdagangan Kamis (28/1/2021).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada Kamis (28/1/2021), Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,12 persen menjadi 5.979. Sejak awal tahun, IHSG masih tumbuh 0,01 persen.

Depresiasi IHSG kali ini menjadi pelemahan indeks selama enam hari berturut-turut atau penurunan terpanjang pada periode tahun berjalan. Padahal, pada pertengahan Januari indeks sempat ditutup di level 6.435,2.

Jika pada perdagangan Januari terakhir, Jumat (29/1/2021), IHSG melanjutkan terkoreksi maka indeks kembali gagal menikmati efek januari yang umumnya terjadi. Adapun, IHSG juga gagal mencatatkan kinerja penguatan pada Januari 2020.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa saat ini pasar dipengaruhi oleh sentimen The Fed yang tidak begitu banyak memberikan arahan terhadap pasar terkait kebijakan moneternya tahun ini.

Optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi tahun ini juga dalam tekanan seiring dengan peningkatan kasus positif Covid-19 hampir di seluruh dunia masih terjadi. Bahkan, di dalam negeri total kasus positif Covid-19 telah menembus 1 juta.

“Pelaku pasar banyak yang melakukan profit taking akibat hal itu, apalagi ada kabar distribusi vaksin Covid-19 secara global tidak semulus ekspektasi pasar dan perpanjangan PSBB di beberapa kota Indonesia,” papar Hans saat dihubungi, Kamis (28/1/2021).

Selain itu, kekhawatiran pasar terkait Pemeriksaan Kejaksaan Agung (Kejagung) atas investasi BPJS Ketenagakerjaan dan pembubaran Reksa Dana PT Aberdeen Standard Investments Indonesia juga telah menjadi katalis negatif bagi indeks di akhir Januari.

Secara keseluruhan, Hans memproyeksi indeks akan berada di bawah 6.100 untuk jangka pendek seiring dengan pasar global yang juga memproyeksi kinerja kuartal I/2021 masih akan negatif.

“Oleh karena itu, saya sarankan para pelaku pasar diam terlebih dahulu, mencerna pasar, kalau mereda baru trading lagi. Biarkan pasar cooling down dulu dan kembali normal, baru mulai lagi,” papar Hans.

Depresiasi IHSG kali ini menjadi pelemahan indeks selama enam hari berturut-turut atau penurunan terpanjang pada periode tahun berjalan.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menjelaskan pelemahan IHSG belakangan ini dipengaruhi oleh tren perdagangan spekulatif yang membawa harga saham naik terlalu cepat.

Alhasil, penurunan mayoritas harga saham belakangan ini bisa terjadi karena investor merealisasikan keuntungan (profit taking).

“Sepertinya di Indonesia agak mirip di AS, disinyalir banyak speculative trading yang mengangkat harga naik terlalu cepat untuk beberapa saham yang kemudian sekarang koreksi,” kata Farash kepada Bisnis, Kamis (28/1/2021).


COVID-19 MENGGANAS

Di sisi lain, Farash melihat pasar saham masih kekurangan sentimen positif yang dapat mengangkat harga. Terlebih beberapa hari terakhir lebih banyak berita lonjakan kasus Covid-19 yang berisiko menghambat pemulihan bisnis tahun ini.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menambahkan bahwa indeks sukar keluar dari zona merah tertekan oleh berita negatif lonjakan kasus virus corona berbarengan dengan penyesuaian bobot beberapa indeks saham di bursa.

“Rebalancing portofolio di masa penyesuaian bobot beberapa Indeks klasifikasi baru hingga [investor] terbawa arus pesimistis indeks saham global menjadi faktor-faktor utama,” jelas Lanjar.

Di tengah pelemahan IHSG, investor asing membukukan beli bersih atau net buy senilai Rp52,50 miliar. Secara kumulatif di sepanjang tahun ini tercatat net buy investor asing senilai Rp11,86 triliun.

Lanjar menyebut ketika investor domestik ramai-ramai membukukan aksi jual, aliran modal masuk dari investor asing belum cukup kuat menahan laju penurunan IHSG.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper