Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Aneka Tambang Tbk., telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun ini.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan bahwa perseroan akan terus berfokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir termasuk di komoditas nikel sembari melakukan perluasan basis cadangan dan sumber daya.
“Tidak hanya itu, perseroan juga akan menurunkan lebih lanjut cash cost, meningkatkan daya saing biaya, dan meningkatkan kinerja bisnis inti untuk memacu pendapatan perusahaan,” ujar Kunto kepada Bisnis, Kamis (21/1/2021).
Emiten berkode saham ANTM itu pun mengaku akan menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada.
Adapun, emiten pelat merah itu ternyata diketahui sudah masuk dalam rantai produksi produsen kendaraan listrik milik Elon Musk, Tesla Inc.
Berdasarkan laporan daftar smelter dan refiner (Smelter and Refiner List) milik Tesla, sedikitnya ada tujuh perusahaan asal negara ini yang masuk dalam rantai produksi Tesla, dua di antaranya adalah ANTM dan dan PT Timah.
Baca Juga
Laporan tersebut merupakan penyampaian berkala ke U.S. Securities and Exchange Commission.
Menanggapi laporan tersebut, Kunto menjelaskan bahwa pada prinsipnya perusahaan terbuka dalam menjalin kemitraan dengan partner strategis siapapun untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang yang dimiliki Perusahaan.
“Namun, tetap berdasarkan profitabilitas menguntungkan dalam mengembangankan proyek-proyek hilirisasi, baik nasional maupun internasional terutama mitra kerja yang memiliki akses terhadap teknologi, kapabilitas akses market, dan pendanaan,” papar Kunto.
Di lantai bursa, pada perdagangan Kamis (21/1/2021) saham ANTM parkir di level Rp3.090, terkoreksi 3,13 persen.
Sepanjang tahun berjalan 2021, saham ANTM telah menguat hingga 41,1 persen, sedangkan dalam setahun terakhir saham naik 301,3 persen.
Sebelumnya, Kementerian BUMN memastikan Antam akan ikut dalam proyek baterai listrik senilai US$9,8 miliar atau sekitar Rp138,18 triliun (estimasi kurs Rp14.100 per dolar AS) yang bekerja sama dengan LQ Energy Solution.
Indonesia akan segera memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia. Pengembangan industri ini akan dilakukan perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd yang bekerja sama dengan konsorsium BUMN.
Kementerian BUMN telah menyiapkan konsorsium MIND ID yang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). MIND ID akan berkolaborasi dengan LG.
Menteri BUMN Erick Thohir memastikan investasi ini berjalan dari sisi produksi dan juga memiliki pasar di dalam dan luar negeri.
“Investasi LG akan bermitra dengan konsorsium baterai BUMN di seluruh rantai pasok produksi. Pada pelaksanaannya akan ditindaklanjuti dengan studi bersama (joint study) untuk mengukur secara detail kerja sama yang akan dilakukan kedua pihak dari sektor hulu sampai hilirnya,” ujar Erick Thohir dalam keterangan resmi, Rabu (30/12/2020).