Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Banyak Duit, PLN Siap Bayar Obligasi Jatuh Tempo

VP Public Relations PLN Arsyadany Ghana Akmalaputri menuturkan PLN memiliki satu obligasi berkelanjutan yang akan jatuh tempo pada Juni 2021 sebesar Rp865 miliar. Rencananya, obligasi ini akan diselesaikan menggunakan kas internal.
Menteri BUMN Erick Thohir di Bali meninjau SPKLU PLN untuk pengisian energi mobil listrik./Istimewa
Menteri BUMN Erick Thohir di Bali meninjau SPKLU PLN untuk pengisian energi mobil listrik./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan melunasi obligasi jatuh temponya pada tahun ini menggunakan kas internal. Adapun, perseroan tengah memperhatikan potensi pasar untuk kemungkinan kebutuhan pendanaan.

VP Public Relations PLN Arsyadany Ghana Akmalaputri menuturkan PLN memiliki satu obligasi berkelanjutan yang akan jatuh tempo pada Juni 2021 sebesar Rp865 miliar. Rencananya, obligasi ini akan diselesaikan menggunakan kas internal.

"[Obligasi akan] dilunasi menggunakan kas internal. Selain itu, kondisi pasar obligasi saat ini yang berada pada lingkungan low rate environment sehingga memberikan kesempatan yang besar," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (20/1/2021).

Perseroan menilai saat ini lingkungan pasar obligasi tengah ada dalam posisi bunga yang rendah sehingga dapat memberikan kesempatan besar bagi penerbit untuk dapat memberikan kupon yang lebih rendah.

"PLN tentu mempersiapkan diri dan melihat potensi market dengan disesuaikan kondisi kebutuhan perseroan," katanya.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada 2021 adalah sebanyak Rp93,006 triliun.

Perinciannya, sebanyak 61 seri surat utang senilai Rp41,29 triliun akan jatuh tempo pada semester I/2021. Sementara itu, 104 seri obligasi senilai Rp51,71 triliun akan jatuh tempo pada paruh kedua 2021.

Berdasarkan laporan keuangan PLN kuartal III/2020 (unaudited) yang dikutip pada Selasa (27/10/2020), BUMN itu mengantongi pendapatan usaha senilai Rp212,2 triliun atau tumbuh 1,4 persen dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu yakni Rp209,3 triliun.

Pendapatan terbesar berasal dari penjualan tenaga listrik yang naik sebesar 1,2 persen atau Rp205,1 triliun. Selebihnya, pendapatan berasal dari penyambungan pelanggan senilai Rp4,5 triliun dan lain-lain Rp2,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper