Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan gas industri PT Aneka Gas Industri Tbk. yang memproduksi es kering akan menangkap peluang diversifikasi bisnis dalam bentuk dukungan distribusi vaksin Covid-19.
Presiden Direktur Aneka Gas Industri Rachmat Harsono mengatakan bahwa perseroan merupakan salah satu market leader dalam sektor gas industri. Salah satu produk perseroan yaitu dry ice pun banyak diperbincangkan untuk membantu distribusi vaksin virus corona.
Rachmat menjelaskan bahwa dry ice atau es kering merupakan karbon dioksida (CO2) yang dipadatkan. Dry ice biasanya digunakan untuk menjaga temperatur suatu produk di suhu tertentu.
“Bisa digunakan untuk makanan seperti es krim, itu kan disimpan ada dry ice-nya. Gunanya untuk menyimpan, juga bisa untuk vaksin,” kata Rachmat baru-baru ini.
Adapun, dry ice telah lama diproduksi oleh emiten dengan kode saham AGII ini. Rachmat menunjukkan pangsa pasar dry ice milik perseroan kini menguasai 60 persen secara nasional.
Untuk vaksin yang diproduksi Sinovac dengan persyaratan harus berada pada suhu 2—8 derajat Celcius, Rachmat menilai distribusinya bisa menggunakan balok es (ice pack) dengan tambahan sedikit dry ice.
Baca Juga
“Sinovac itu hanya membutuhkan suhu sampai 2 - 8 derajat Celcius, itu bisa dibungkus dengan ice pack ditambah dry ice sedikit,” jelas Rachmat.
Selain produk dry ice, produk nitrogen milik AGII juga ramai dibicarakan untuk pengemasan vaksin Covid-19.
Adapun, nitrogen biasanya digunakan untuk menggelembungkan makanan ringan agar tidak cepat basi atau biasa disebut sebagai sistem modified atmosphere packaging (MAP).
Makanan ringan biasanya divakum dan diberi gas nitrogen untuk menghilangkan gas-gas lain sehingga produk berada dalam ruang hampa udara tanpa oksigen.
“Jadi kuman bakteri virus tidak bisa berkembang. Belakangan ini juga mendengar nitrogen digunakan untuk pendingin vaksin karena suhunya di bawah 77 derajat Kelvin. Itu benar,” jelas Rachmat.
Adapun, pangsa pasar AGII telah tumbuh pada 2020 didorong oleh diversifikasi konsumen yang dimiliki perseroan. Rachmat menyebut kontribusi penjualan kepada rumah sakit meningkat selama 2020.
AGII mengklaim bahwa 88 persen rumah sakit di Indonesia saat ini telah menjadi konsumen perseroan untuk produk seperti oksigen.
“Kalau dilihat performa kami memang turun dari sisi sales kira-kira 2 persen—3 persen. Mudah-mudahan akhir 2020 kami bisa membukukan kinerja yang sama dengan 2019,” kata Rachmat.
Di lantai bursa, saham AGII menguat 1,53 persen menjadi Rp1.985 pada pukul 12.15 WIB perdagangan Selasa (19/1/2021). Sebelumnya harga sempat melambung ke level Rp2.100 dengan kapitalisasi pasar Rp6,09 triliun.