Bisnis.com, JAKARTA - Investor senior yang kerap mendapat julukan Warren Buffett Indonesia, Lo Kheng Hong, memberikan wejangan agar investor yang memiliki saham emiten hebat atau perusahaan kakap harus disimpan selamanya, layaknya suami atau istri.
Sementara itu, untuk saham komoditas, investor harus berhati-hati karena fluktuasinya yang cepat. Adapun, LKH tercatat memiliki sejumlah saham di emiten energi dan tambang Grup Indika.
Lo Kheng Hong mengaku tidurnya menjadi lebih cepat jika memegang saham sektor komoditas. Pasalnya, sektor ini memiliki harga yang fluktuatif dan perlu perhatian khusus.
"Tidur berapa lama? Tergantung, kalau beli komoditas, tidurnya mungkin lumayan cepat. Karena komoditas itu harganya fluktuatif, cepat sekali. Ada juga yang harus kita tunggu lama," ungkapnya, Senin (18/1/2021).
Menurutnya, yang terbaik ketika investor sudah memiliki saham emiten yang kuat seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR). Saham-saham seperti ini yang harus disimpan selamanya.
Saham jenis seperti ini layaknya seorang istri memiliki suami dan suami memiliki istri itu harus disimpan selamanya. Kalau memiliki perusahaan yang sudah sangat bagus jangan dijual.
Baca Juga
"Dipegang selamanya. kecuali kalau tidak punya duit ya terpaksa sahamnya dijual, tetapi kalau uangnya banyak ya disimpan terus, karena ini mesin pencetak uang untuk kita," katanya.
Dia menegaskan kalau sudah memiliki perusahaan yang hebat dapat memberikan pendapatan yang baik.
Lo Kheng Hong pun mengungkapkan kunci agar tidak salah dalam berinvestasi saham dengan membaca laporan keuangan tahunan emiten yang hendak diinvestasikan.
"Kalau kita tidak pernah membaca annual report, tidak pernah membaca laporan keuangan, saya yakin kita akan menjadi investor yang bodoh terus dan kehilangan uang sampai habis karena kita membeli kucing dalam karung," jelasnya.
Namun, ketika seorang investor saham ingin sukses, wajib hukumnya setiap hari membaca laporan keuangan para emiten tersebut. "Tidak ada jalan lain, hanya ada satu jalan," imbuhnya.
Dia mencontohkan ketika PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) berhasil dan sukses menjadi emiten yang diperhitungkan, hal ini dapat diikuti oleh emiten lainnya. Pasalnya, bidang usaha yang banyak itu adalah bidang usaha yang baik.
"Yang untung besar itu tidak saja BBRI, tetapi BBCA juga Danamon dan lain-lainnya. Semua usaha perbankan di Indonesia itu usahanya bagus, bukan hanya di Indonesia tetapi dunia, perbankan salah satu yang baik," ujarnya.
Lo Kheng Hong melanjutkan ketika BBRI bisa untung besar, maka perbankan lain yang juga sama-sama sudah besar dapat untung besar. Namun, tidak demikian dengan perbankan kecil yang akan sulit bersaing.
"Yang besar itu sudah enak, tepati yang kecil untuk menjadi besar itu sangat susah," katanya.