Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah pada akhir perdagangan Kamis (14/1/2021) atau Jumat pagi WIB, menyusul aksi ambil untung dari lonjakan sesi sebelumnya.
Namun, komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang memperkuat harapan lingkungan suku bunga yang lebih rendah dan prospek lebih banyak stimulus AS, menahan kerugian harga emas lebih lanjut.
Pada Kamis (14/1/2021) harga emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange turun US$3,5 atau 0,19 persen menjadi ditutup di level US$1.851,40 dolar AS per troy ounce.
Adapun, harga ema spot turun tipis 0,01 persen atau 0,1 poin menjadi US$1.846,43 per troy ounce.
Sehari sebelumnya, Rabu (13/1/2021), emas berjangka terangkat US$10,7 atau 0,58 persen menjadi US$1.854,90 per troy ounce.
Emas berjangka merosot US$6,6 atau 0,36 persen menjadi US$1.844,20 pada Selasa (12/1/2021), setelah melonjak US$15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi US$1.850,80 pada Senin (11/1/202).
Baca Juga
Powell mengatakan kenaikan suku bunga akan datang "dalam waktu dekat" dan menolak pernyataan bahwa bank sentral mungkin mulai mengurangi pembelian obligasi dalam waktu dekat.
"Powell cukup banyak mengonfirmasi sikap dovish bank. ... Anda akan melihat bahwa Fed akan tetap sangat akomodatif dan itulah mengapa harga emas naik," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Suku bunga yang lebih rendah menurunkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil dan membebani dolar. Setelah komentar Powell, indeks dolar melemah, membuat harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan aplikasi pertama kali untuk tunjangan pengangguran melonjak minggu lalu.
"Lonjakan signifikan ini mengingatkan semua orang bahwa situasi pasar tenaga kerja masih mengerikan, dan itu akan membutuhkan lebih banyak stimulus," kata Moya, menambahkan bahwa kekhawatiran atas pandemi virus corona tetap mendukung emas.
Presiden terpilih AS Joe Biden dijadwalkan untuk mengungkapkan proposal paket stimulus pada Kamis waktu setempat yang dapat melebihi US$1,5 triliun.
Sementara itu emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dapat diakibatkan dari stimulus yang meluas, lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini telah menantang status tersebut karena meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Imbal hasil obligasi melonjak sejak minggu lalu di tengah ekspektasi untuk stimulus baru dan bertahan mendekati tertinggi 10 bulan, dan terus memberikan tekanan terhadap emas.
Harga emas juga berada di bawah tekanan tambahan ketika Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (14/1/2021) bahwa indeks harga untuk impor AS naik 0,9 persen pada Desember, setelah naik 0,2 persen dari Agustus ke November, kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 23 sen atau 0,9 persen menjadi ditutup pada 25,802 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 15,7 dolar AS atau 1,41 persen menjadi menetap di1.126,4 dolar AS per ounce.