Bisnis.com, JAKARTA – Emiten-emiten farmasi digdaya jelang vaksinasi Covid-19 pada 13 Januari 2021. PT Kimia Farma Tbk. fokus melakukan produksi dan distribusi produk kesehatan terkait Covid-19.
Sejumlah emiten farmasi terkena auto reject atas setelah sahamnya naik 25 persen pada perdagangan hari ini, Senin (11/1/2021). Saham farmasi diburu investor menjelang vaksinasi Covid-19, begitu juga saham emiten dengan sandi KAEF ini yang naik 20 persen ke level 6.450 dan diperdagangkan senilai Rp815 miliar.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno menuturkan KAEF berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan pandemi Covid-19 dengan memproduksi dan mendistribusikan produk–produk kesehatan terkait dengan Covid-19.
"Produk yang diproduksi oleh KAEF antara lain Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin Favipiravir, Vitamin C, Multivitamin [Fituno, Becefort], Rapid Test Antibodi dan Hand Sanitizer yang sudah digunakan dalam tata laksana terapi Covid 19," jelasnya kepada Bisnis, Senin (11/1/2021).
Selain memproduksi, KAEF juga mendistribusikan obat–obatan tersebut ke rumah sakit baik Pemerintah maupun Swasta, Dinas Kesehatan dan Klinik yang melaksanakan tata laksana terapi Covid 19 melalui anak usahanya yaitu PT Kimia Farma Trading & Distribution.
Di sisi hilir, KAEF lewat anak usahanya juga yaitu PT Kimia Farma Apotek juga melayani pelanggan melalui jaringan Apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia, untuk memperoleh produk–produk kesehatan antara lain Multivitamin, Masker, Hand Sanitizer, dan sebagainya.
Baca Juga
"Selain menyediakan produk kesehatan, KAEF juga menyediakan layanan kesehatan antara lain Pemeriksaan Covid-19 dengan Rapid Test Antibody, Rapid Test Antigen Swab PCR Test yang dapat dilakukan di jaringan Laboratorium Klinik Kimia Farma," katanya.
Seluruh kegiatan tersebut mulai dari produksi, distribusi hingga layanan kesehatan merupakan bentuk peran serta aktif KAEF dalam membantu Pemerintah untuk pencegahan penyebaran Covid-19.
Emiten BUMN farmasi, PT Kimia Farma Tbk. membukukan penurunan laba bersih dua digit secara tahunan pada kuartal III/2020.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2020, Kimia Farma membukukan penjualan bersih Rp7,04 triliun per 30 September 2020. Realisasi itu tumbuh 2,42 persen dari Rp6,87 triliun periode yang sama tahun lalu.
Beban pokok penjualan tercatat naik 1,11 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp4,10 triliun pada kuartal III/2020. Dengan demikian, emiten berkode saham KAEF itu mencetak pertumbuhan laba bruto 4,69 persen secara tahunan menjadi Rp2,63 triliun.
Beban usaha perseroan farmasi milik negara itu naik 1,04 persen yoy menjadi Rp2,23 triliun per 30 September 2020. Sebaliknya, pendapatan lain-lain turun 12,63 persen secara tahunan menjadi Rp112,35 miliar.
Selisih kurs KAEF melebar dari Rp476,83 juta pada 30 September 2019 menjadi Rp4,05 miliar per kuartal III/2020. Kendati demikian, laba usaha perseroan masih tumbuh 17,57 persen yoy menjadi Rp504,53 miliar akhir September 2020.