Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Lagi 'Panas', Saham Sawit Milik Konglomerat Terus Ngegas

Indeks Jak Agri yang berisi saham-saham perkebunan mencetak kenaikan tajam di sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (5/1/2021). Kenaikan indeks didukung penguatan saham-saham sawit milik para konglomerat.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham di sektor perkebunan tampak masih diburu oleh investor dan mencetak kenaikan di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Indeks saham JAK Agri yang menghimpun saham emiten perkebunan terpantau nak 2,63 persen ke posisi 1.597,41 pada sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (5/1/2020).

Sementara itu, IHSG terpantau menguat 0,22 persen ke level 6.118,56. Indeks bergerak di rentang 6.073,41 hingga 6.138,84 sepanjang perdagangan babak pertama.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sejumlah emiten sawit milik konglomerat tampak parkir di zona hijau. Saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk. milik taipan T.P Rachmat menguat 3,12 persen ke level 660.

Kemudian disusul saham PT Sampoerna Agro Tbk. yang dimiliki Keluarga Sampoerna, naik 2,72 persen ke level 1.700. Emiten sawit Grup Rajawali milik Peter Sondakh juga menguat 0,65 persen ke level 154.

Tidak ketinggalan, saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk. milik Grup Salim juga naik 0,46 persen ke level 440.

Kenaikan tertinggi dicatat oleh emiten sawit debutan, PT FAP Agri Tbk. Emiten berkode saham FAPA itu melonjak 24,78 persen ke level 2.870. FAPA merupakan emiten pertama yang melantai di bursa tahun ini. Perseroan meraup dana Rp1 triliun dari penawaran saham ke publik kemarin.

Di sisi lain, Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terus melanjutkan penguatannya pada perdagangan awal tahun 2021. Kemarin, harga CPO di Bursa Malaysia bahkan mendekati level 4.000 ringgit per ton.

Berdasarkan data Bloomberg per pukul 12.30 WIB, harga CPO naik 1,34 persen ke level 3.934 ringgit per ton. Dalam enam bulan terakhir, harga CPO sudah naik 61,27 persen.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono menuturkan, tren kenaikan harga CPO sejalan dengan pergerakan sejumlah komoditas lainnya. Faktor kenaikan harga CPO tersebut salah satunya dipicu oleh ancaman penurunan panen akibat fenomena perubahan iklim La Nina yang melanda kawasan tropis pasifik.

Hambatan cuaca akibat La Nina tersebut akan membuat aktivitas panen menjadi terganggu dan merusak stok sawit yang ada. Selain itu, frekuensi hujan yang akan lebih tinggi berpotensi menghambat pengiriman minyak kelapa sawit dan menyebabkan kenaikan harga CPO.

Wahyu melanjutkan, pergerakan positif harga CPO selama ini juga terkait siklus bisnis komoditas ini. Wahyu menjelaskan, anjloknya permintaan di awal tahun terkait virus corona akan menekan produsen atau perusahaan penghasil CPO.

"Selain itu, kebijakan lockdown atau pembatasan kerja serta tekanan harga juga akan menekan produksi sehingga berimbas pada pasokan," jelasnya saat dihubungi pada Senin (4/1/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper