Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer PT Mayora Indah Tbk (MYOR) percaya diri kinerja perseroan dapat tumbuh pesat pada 2021 mendatang. Tren kenaikan penjualan dan respon positif masyarakat terhadap produk baru menjadi sejumlah faktor penopang.
Direktur Keuangan Mayora Indah Hendrik Polisar mengatakan, pihaknya mengaku optimistis menatap tahun 2021 seiring dengan tren penjualan yang terus meningkat sepanjang 2020.
Pada kuartal I/2020, nilai penjualan MYOR tercatat sebesar Rp5,38 triliun. Jumlah tersebut kemudian naik menjadi Rp5,7 triliun pada kuartal II/2020.
Sementara itu, pada kuartal III/2020, angka penjualan MYOR menembus angka Rp6,5 triliun. Perusahaan pun optimistis tren positif bertahan hingga akhir tahun. Ia memperkirakan, pada kuartal IV/2020, angka penjualan berada di kisaran Rp6,62 triliun.
"Meskipun kenaikan penjualan mulai melandai, momen libur akhir tahun menjadi katalis positif bagi perusahaan untuk mempertahankan kenaikan penjualan," katanya dalam paparan publik perusahaan secara daring pada Rabu (23/12/2020).
Ia melanjutkan, kenaikan penjualan diyakini akan tetap berlanjut sepanjang 2021 mendatang. Hal ini nantinya akan berimbas pada pertumbuhan laba perusahaan.
Baca Juga
Selain itu, rilis produk-produk baru juga dinilai memberi dampak positif terhadap kinerja perusahaan sepanjang tahun 2020. Ia mengakui, respon masyarakat terhadap produk-produk baru tersebut cukup baik.
"Dengan kinerja produk baru yang menggembirakan, kami optimistis 2021 mendatang pertumbuhan top line dan bottom line kami bisa double digit," katanya
Beberapa produk baru yang dirilis MYOR sepanjang 2020 adalah biskuit Malkist Roma dengan varian rasa cappuccino, dan kelapa coklat, wafer Kalpa, Energen dengan varian rasa kurma, dan Kopi Gilus Mix.
Berdasarkan data laporan keuangan hingga kuartal ketiga tahun 2020, perseroan mencatatkan kenaikan laba bersih 42,02 persen dibanginkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,56 triliun.
Adapun, pendapatan emiten berkode saham MYOR tersebut sebenarnya menurun tipis 2,11 persen yoy menjadi Rp17,58 triliun.
Selain mampu menekan beban pokok penjualan dan beban usaha, perseroan mencatatkan kenaikan signifikan dari pos laba selisih kurs mata uang asing sebesar Rp303,94 miliar berbanding terbalik dari posisi rugi selisih kurs sebesar Rp143,89 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Di samping itu, perseroan juga memperoleh penghasilan bersih lain-lain sebesar Rp120,11 miliar berbanding terbalik dari posisi rugi bersih lain-lain sebesar Rp433,02 miliar pada periode hingga September 2020.