Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Masih Terseok-seok di Hadapan Dolar AS

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (21/12/2020) pukul 09.26 WIB, rupiah turun 0,14 persen menjadi Rp14.130 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah terkoreksi 1,90 persen.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah melemah bersama sejumlah mata uang negara Asia lainnya pada awal perdagangan pagi ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (21/12/2020) pukul 09.26 WIB, rupiah turun 0,14 persen menjadi Rp14.130 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah terkoreksi 1,90 persen.

Rupiah tidak melemah sendiri di kawasan Asia Pasifik. Mata uang baht Thailand turun paling dalam sebesar 0,56 persen, dolar Singapura melemah 0,26 persen dan yuan China tergerus 0,15 persen. Pada saat bersamaan, indeks dollar AS terpantau menguat 0,33 persen menjadi 90.310 pagi ini.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan belum ada sentimen pendukung yang akan mendorong pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan ini. Dengan demikian, potensi pelemahan lebih lanjut pada Senin (21/12/2020) cukup terbuka.

"Untuk nilai tukar sendiri akan berada di kisaran Rp14.150 — Rp14.200,” kata Yusuf.

Yusuf menjelaskan bahwa pelemahan nilai rupiah salah satunya disebabkan oleh penambahan kasus Covid-19 yang relatif masih tinggi di Indonesia atau mencapai 6.689 kasus baru. Hal itu berdampak pada sentimen proses pemulihan ekonomi.

"Meskipun pemerintah telah mengeluarkan pembatasan hari libur di akhir tahun, namun dampaknya belum bisa meredam kekhawatiran investor di pasar keuangan terhadap proses pemulihan ekonomi yang berjalan lambat," jelasnya.

Sementara itu, faktor eksternal yang melemahkan nilai rupiah adalah keputusan Amerika Serikat yang mengeluarkan daftar hitam atau blacklist untuk sejumlah perusahaan asal China. Langkah ini menyebabkan pasar keuangan Asia melakukan konsolidasi termasuk di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper