Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Jeblok bin Anjlok, Harga Emas Bersinar Lagi

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS terkoreksi 0,57 persen menjadi 89,934. Penurunan dibawah level 90 merupakan yang pertama kali dalam periode setahun belakangan.
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai indeks dolar AS terkoreksi di bawah level 90 pada perdagangan Kamis (17/12/2020) seiring dengan rencana penggelontoran stimulus dan pelonggaran kebijakan Federal Reserve.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 16.00 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,57 persen menjadi 89,934. Penurunan dibawah level 90 merupakan yang pertama kali dalam periode setahun belakangan. Sementara itu, nilai rupiah ditutup naik 0,12 persen atau 17,5 poin menjadi Rp14.107,5 per dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, koreksi indeks dolar AS disebabkan oleh keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) untuk melanjutkan mempertahankan suku bunga acuan di bawah 0,25 persen. Selain itu, The Fed juga berkomitmen menjaga kebijakan pelonggaran kuantitatif.

“Hal ini direspon positif oleh pelaku pasar, yang berimbas pada pelemahan indeks dolar dan kenaikan nilai tukar rupiah,” katanya saat dihubungi pada Kamis (17/12/2020).

Disamping itu kabar stimulus fiskal di AS yang menemui titik terang juga kian menekan indeks dolar AS. Pembahasan stimulus fiskal di AS terus berjalan setelah Partai Demokrat dan Partai Republik merilis proposal senilai US$908 miliar Senin lalu.

Saat ini, Ketua DPR dari Partai Republik dan Partai Demokrat terus melakukan pembicaraan guna menyelesaikan poin-poin penting dalam anggaran tersebut.

DI sisi lain, kabar pengesahan hasil pemilu presiden Amerika Serikat juga ikut menekan indeks dolar AS. Terpilihnya Joe Biden menggantikan Donald Trump sebagai Presiden AS semakin memperkuat kemungkinan kebijakan-kebijakan yang pro-market dan semakin memicu pelemahan indeks dolar AS.

Ibrahim melanjutkan, pelemahan indeks dolar tidak sesuai dengan kondisi pasar saat ini. Hal tersebut akan memicu kenaikan harga mata uang lain terhadap dolar AS.

“Kondisi ini tidak baik untuk pasar bila terus berlanjut,” tambahnya.

Pelemahan indeks dolar AS, lanjut Ibrahim, juga akan memicu kenaikan harga komoditas lain seperti emas. Ia memperkirakan nilai emas berpeluang kembali menembus level US$1.900 per troy ounce setelah melewati level resistance pada US$1.850 per troy ounce.

Pukul 14.49 WIB, harga emas spot naik 0,47 persen atau 8,69 poin menjadi US$1.873,49 per troy ounce. Adapun, harga emas Comex kontrak Februari 2021 meningkat 0,95 persen atau 17,7 poin menuju US$1.876,8 per troy ounce.

Meski demikian, tren kenaikan ini juga masih bergantung pada hasil negosiasi antara Inggris dengan Uni Eropa terkait perjanjian perpisahan kedua pihak.

Ibrahim mengatakan, apabila kedua pihak gagal mencapai kesepakatan, maka indeks dolar AS akan kembali menguat dan memicu pelemahan harga lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper