Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan mineral, PT Vale Indonesia Tbk., mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebesar US$135 juta pada 2021.
Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan bahwa alokasi capital expenditure (capex) itu lebih besar dibandingkan dengan alokasi tahun ini yang ditargetkan sekitar US$120 juta. Hal itu sejalan dengan realisasi pengerjaan proyek pembangunan ulang furnace 4 yang sempat tertunda pada tahun ini.
“[Capex 2021] sebagian besar digunakan untuk rebuild furnace 4. Ada alokasi capital untuk mine development dan juga penggantian alat juga. Estimasi alokasi capital pada 2021 di kisaran US$135juta,” ujar Irmanto kepada Bisnis.com, Rabu (16/12/2020).
Untuk diketahui, emiten berkode saham INCO menunda proyek peremajaan furnace 4 yang semula direncanakan berjalan pada kuartal IV/2020, menjadi akan dilaksanakan pada Mei 2021.
Padahal, sebagian besar alokasi capex perseroan pada tahun ini akan digunakan untuk proyek peremajaan fasilitas tambang itu. Berdasarkan catatan Bisnis, perseroan membutuhkan setidaknya sebesar US$70 juta untuk pembangunan ulang furnace 4.
Adapun, penundaan proyek itu mempertimbangkan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung karena proyek tersebut cukup masif membutuhkan tenaga kerja hingga 1.000 pekerja dan periode pengerjaan hingga 5 bulan.
Baca Juga
Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menghambat laju material yang dibutuhkan oleh proyek itu dan terdapat beberapa kendala dari jasa kontraktor.
Sementara itu, Irmanto mengatakan bahwa sebagian belanja untuk keperluan furnace rebuild sudah dimulai oleh perseroan pada tahun ini untuk memastikan proyek dapat dimulai sesuai target dan tidak tertunda lagi.
Irmanto menjelaskan bahwa alokasi capex itu akan berasal dari kas internal perseroan.
Di sisi lain, dengan berjalannya proyek tersebut pada tahun depan INCO memproyeksi volume produksi perseroan akan berada di tingkat yang lebih rendah daripada 2020 maupun 2019.
Sebagai gambaran, pada kuartal III/2020, INCO mencacatkan volume produksi nikel dalam matte sebanyak 19.477 ton. Realisasi itu lebih tinggi 4 persen dibandingkan dengan volume produksi perseroan pada kuartal sebelumnya sebesar 18.701 ton.
Namun, realisasi itu lebih rendah daripada produksi kuartal III/2019 di kisaran 19.820 ton.
Dengan demikian, dalam sembilan bulan pertama tahun ini produksi nikel dalam matte INCO sebesar 55.792 ton, naik 10 persen dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 50.531 ton.