Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Gasifikasi Sudah Resmi, Bagaimana Rekomendasi Saham PTBA?

Saham pertambangan batu bara dalam beberapa perdagangan terakhir berhasil mencuri perhatian investor dalam beberapa perdagangan terakhir tercermin dari kuatnya laju penguatan saham.
PTBA. /Bisnis.com
PTBA. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) pada Kamis (10/12/2020) menekan komitmen kerja sama dengan Air Products dan PT Pertamina terkait proyek gasifikasi batu bara. Lalu, apakah telat untuk mengoleksi PTBA saat ini?

Untuk diketahui, saham pertambangan batu bara dalam beberapa perdagangan terakhir berhasil mencuri perhatian investor dalam beberapa perdagangan terakhir tercermin dari kuatnya laju penguatan saham.

Pada penutupan perdagangan Jumat (11/12/2020), saham PTBA parkir di posisi Rp2.810 naik 0,36 persen atau 10 poin. Adapun, di level harga saat ini kapitalisasi pasar PTBA berada di posisi Rp32,37 triliun.

Dalam sepekan terakhir, saham naik 15,16 persen. Sementara itu, sepanjang tahun berjalan 2020 saham PTBA telah berada di zona hijau, berhasil naik 5,64 persen.

Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi mengatakan bahwa ditandatangani kerja sama proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) tentu akan menjadi sentimen positif untuk saham PTBA.

Namun, laju saham PTBA diyakini terutama akan didukung oleh penguatan harga batu bara yang dapat meningkatkan profitabilitas perseroan. Katalis positif itu juga mengerek saham sektor batu bara lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2020) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Januari 2021 berada di posisi US$82,5 per ton, naik 3,19 persen.

Adapun, dalam perdagangan tiga bulan terakhir harga naik hingga 41,75 persen dan sepanjang tahun berjalan 2020 harga menguat 12,47 persen.

“Rekomendasi masih BUY dengan Target Price Rp3.000, tanggal 3 Desember 2020 potensi upside masih 22 persen, tetapi sekarang sisanya mungkin tinggal 7 persen,” ujar Fauzan kepada Bisnis, Minggu (13/12/2020).

Kendati demikian, dia melihat pergerakan saham PTBA saat ini hampir kehabisan momentum. Menurut Fauzan, jika investor sudah melihat kejelasan arah ekonomi dan perkembangan positif dari vaksin Covid-19 maka tidak menutup kemungkinan investor mulai beralih ke sektor lain pada kuartal I/2021.

Kemudian, penguatan harga komoditas yang tidak hanya terjadi terhadap batu bara, tetapi juga terjadi terhadap harga minyak dapat menjadi katalis negatif bagi sektor batu bara.

“Minyak yang juga bisa bergerak lebih mahal lagi, bisa menjadi downside buat coal company dari segi cost walaupun efeknya terkontrol,” papar Fauzan.

Sebelumnya, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menjadikan PTBA sebagai salah satu top picks di antara saham pertambangan batu bara lainnya.

Pada awal bulan ini, Dessy memberikan target price PTBA di posisi Rp2.540 yang telah tercapai pekan ini.

Secara keseluruhan, Dessy menilai kenaikan harga batu bara global masih akan berlanjut seiring dengan musim dingin pada kuartal IV yang secara seasonal akan meningkatkan permintaan. Penguatan harga juga didukung dari ekspektasi pemulihan ekonomi China.

“Dengan demikian, uptrend yang terjadi pada harga batu bara berlanjut hingga akhir tahun yang juga akan berkorelasi positif terhadap emiten batu bara di IHSG,” ujar Dessy kepada Bisnis, belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper