Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia menunjukkan indikasi menguat didukung oleh berbagai sentimen positif, termasuk naiknya permintaan dari Eropa dan Asia.
Bloomberg melaporkan, Minggu (13/12/2020), harga Brent naik ke level US$50 per barel sepanjang pekan lalu. Level tersebut merupakan yang pertama kali tahun setelah jatuh sejak Maret 2020, yang merupakan awal pandemi Covid-19.
Relaksasi lockdown di sejumlah wilayah Eropa, seperti Inggris, Spanyol, dan Prancis, mendorong warga Benua Biru untuk bepergian lagi. Truk pengangkut logistik yang beroperasi melonjak seiring dengan upaya perusahaan-perusahaan untuk menambah pasokan dan dimulainya musim belanja untuk Natal.
Permintaan juga mulai pulih sepenuhnya di Asia. Pekan lalu, kilang minyak terbesar di India mengatakan pabrik-pabrik mereka berjalan dalam kapasitas penuh dan diperkirakan ada rebound berbentuk kurva V dalam penggunaan bahan bakar.
Konsumsi bensin di China dan Jepang juga hampir kembali ke level prapandemi Covid-19. China merupakan konsumen minyak terbesar kedua dunia, sedangkan Jepang berada di posisi keempat.
Seiring dengan mulai pulihnya permintaan, Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan aliansinya terus menahan produksi dengan ketat.
OPEC dan aliansinya telah membatalkan rencana kenaikan suplai sebesar 1,9 juta barel per hari yang sedianya dijadwalkan dilakukan pada Januaari 2021. Jumlah tersebut akan dipangkas menjadi hanya 500.000 barel per hari per bulan pada tahun depan.
Baca Juga
"Minyak adalah aset reflasi yang paling murah. Dengan vaksin Covid-19 yang mulai beredar, kami memperkirakan investor akan mulai kembali ke minyak dan harga pun bakal lanjut menguat," papar Amrita Sen, salah satu pendiri konsultan Energy Aspects Ltd.