Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali menguat setelah anjlok di bawah level US$1.800 dan sempat mencatatkan kenaikan tertinggi dalam dua pekan terakhir. Hal tersebut terjadi seiring dengan lonjakan kasus virus corona di Amerika Serikat dan kejelasan paket stimulus fiskal.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (8/12/2020), harga emas di pasar Spot sempat melesat hingga 0,5 persen ke US$1.871,90 per troy ounce, atau kenaikan tertinggi sejak 23 November lalu.
Sementara pagi ini, Rabu (9/12), harga emas di pasar spot terpantau melemah 0,04 persen ke level US$1.869,82 per troy ounce pada pukul 06.07 WIB, sedangkan harga emas Comex juga melemah melemah 0,04 persen ke US$1.874,2 per troy ounce.
Salah satu penopang kenaikan harga emas adalah jumlah kasus positif virus corona di seluruh dunia yang telah mencapai 67 juta kasus. AS mencatat peningkatan rawat inap akibat virus corona hampir 2.000 per hari dan rata-rata kematian sebanyak yang terjadi pada lonjakan pertama Covid-19 pada bulan April.
Sementara itu, Kongres AS akan menunda tenggat waktu pengesahan rencana bantuan pandemi yang sebelumnya ditetapkan pada Jumat pekan ini. Hal tersebut terjadi setelah ketidaksepahaman antara Partai Demokrat dan Partai Republik terkait anggaran belanja pemerintah dan bantuan pandemi.
Pembicaraan terkait bantuan pandemi senilai US$908 miliar mulai menunjukkan perlambatan, sementara pembahasan anggaran belanja pada 2021 sebesar US$1,4 triliun juga belum menunjukkan perkembangan berarti. Anggaran untuk tahun 2021 akan mencantumkan dana bantuan pandemi yang tengah dibahas.
Baca Juga
Meskipun emas terdampak negatif dari kabar kejelasan vaksin, harga komoditas ini masih mencatatkan kenaikan tertinggi secara tahunan setelah satu dekade seiring dengan penyebaran virus corona yang meluas dan kebijakan moneter yang akomodatif.
Sejumlah ekonom memperkirakan bank sentral Eropa akan melanjutkan serta meningkatkan program pembelian obligasi pandemi (pandemic bond) pada Kamis mendatang. Sementara itu, pelaku pasar juga menanti pertemuan terakhir The Fed untuk tahun 2020 pada pekan depan.
Market Strategist IG Asia Pte Jingyi Pan mengatakan, kenaikan harga emas ditopang oleh sejumlah kekhawatiran dari pelaku pasar. Salah satunya adalah lonjakan kasus positif virus corona yang akan menghambat pemulihan ekonomi dalam jangka pendek.
Pan melanjutkan, setelah melewati level US$1.850, peluang penguatan harga emas lebih jauh kini kembali terbuka. Meski demikian, harga emas masih harus melewati rerata pergerakan harian selama 50 hari terlebih dahulu.
“Level rerata pergerakan tersebut telah membatasi reli emas sejak September 2020,” jelasnya.
Analis TD Securities Ryan McKay mengatakan saat ini merupakan periode yang baik bagi emas. Ini karena pasar emas baru saja melewati periode kapitalisasi dari para investor dengan posisi-posisi kontrak emas yang lemah telah dikeluarkan dari pasar menyusul rilis data ketenagakerjaan AS pada Jumat pekan lalu yang berada di bawah ekspektasi.
“Sepertinya pelaku pasar semakin yakin bahwa akan muncul lebih banyak kebijakan yang mendukung harga emas,” jelasnya.