Bisnis.com, JAKARTA – Emiten restoran cepat saji PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) mencatatkan kerugian akibat dari penurunan pendapatan hingga kuartal ketiga tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per September 2020, emiten berkode saham FAST tersebut membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp298,33 miliar. Berbanding terbalik dengan posisi keuntungan sebesar Rp175,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kerugian tersebut memang disebabkan oleh koreksi pendapatan sebesar 28,47 persen secara tahunan menjadi hanya Rp3,59 triliun.
Pendapatan terbesar perseroan masih dicatatkan oleh penjualan makanan dan minuman kepada pihak ketiga yang berkontribusi sebesar Rp3,54 triliun, diikuti dengan penjualan konsinyasi CD sebesar Rp41,5 miliar hingga akhir kuartal ketiga 2020.
Berdasarkan segmen geografisnya, pendapatan perseroan paling banyak berasal dari restaurant support center (RSC) Jakarta yang berkontribusi sebesar Rp1,28 triliun, diikuti oleh RSC lainnya senilai Rp1,11 triliun, dan RSC Makassar sebesar Rp417,35 miliar.
Public Relations KFC Indonesia Ika Diah Rhanny mengatakan sampai dengan akhir tahun, perseroan masih berencana untuk membuka gerai outlet KFC baru di wilayah Indonesia.
Baca Juga
“Promo yang menarik pasti tetap ada, apalagi menjelang natal dan tahun baru. 2021 akan ada pembukaan cabang lagi,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (30/11/2020).
Dijelaskan dalam laporan keuangan perseroan, manajemen mengatakan melemahnya daya beli pelanggan, dan kebijakan publik yang diberlakukan untuk menahan penyebaran Covid-19 mengakibatkan gangguan operasional dan menyebabkan penurunan penjualan yang tidak diperkirakan sebelumnya.
“Akibatnya, perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan yang negatif untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2020 dan mengalami kerugian bersih sebagaimana diungkapkan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,” tulis manajemen.
Menanggapi kondisi tersebut, tindakan yang telah dan akan diambil oleh manajemen diantaranya adalah pengurangan kegiatan pemasaran dan dukungan dana, promosi, pengurangan dan efisiensi biaya.
Tingginya tingkat ketidakpastian karena hasil yang tidak terduga dari wabah virus Covid-19 dapat mempersulit untuk memperkirakan dampak keuangan masa depan dari wabah tersebut.