Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan instrumen surat utang ritel terakhir yang terbit tahun ini, yakni Sukuk Tabungan seri ST007 telah menembus angka Rp5 triliun.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring hari ini, Rabu (25/11/2020), total penjualan ST007 telah menyentuh Rp5,1 triliun.
Dengan demikian, penjualan ST007 telah melampaui capaian obligasi ritel lain yang sifatnya tidak dapat diperdagangkan (non-tradeable).
Sebelumnya, pada tahun ini, pemerintah menerbitkan dua jenis obligasi serupa, yang pertama adalah saving bond ritel (SBR) seri SBR009. Seri SBR009 ditawarkan dengan kupon minimal 6,3 persen mencatatkan angka penjualan sebanyak Rp2,25 triliun pada awal tahun ini di atas target sebesar Rp2 triliun.
Sementara itu, pada Februari 2020 lalu, penjualan ST006 yang menawarkan imbal hasil (yield) 6,75 persen menghasilkan penjualan Rp1,46 triliun.
Terkait hasil tersebut, Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, minat investor terhadap ST007 terbilang sangat besar. Hal ini terlihat dari jumlah penjualan yang melebihi harapan awal.
Baca Juga
“Sudah banyak sekali, minat masyarakat juga sangat bagus sampai harus dibatasi (jumlah pembelian). Untuk angka pastinya masih harus menunggu sampai Senin karena saat ini masih proses rekonsiliasi dengan 31 mitra distribusi,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (25/11/2020).
Sebelumnya, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan mengatakan hasil penjualan ST007 terbilang cukup besar. Pasalnya, sifat ST007 yang tidak dapat diperdagangkan memang akan memunculkan hambatan tersendiri bagi para investor.
Ariawan menjelaskan, umumnya obligasi ritel yang sifatnya non tradable dapat mengumpulkan penjualan Rp2 triliun hingga Rp3 triliun. Sehingga, catatan penjualan ST007 terbilang bagus dan mengikuti tren kenaikan minat masyarakat terhadap surat berharga negara (SBN) ritel.
“Ini berarti investor ritel Indonesia mulai meminati instrumen yang tidak dapat diperdagangkan,” katanya.