Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan saham emiten pertambangan emas berhasil terkerek seiring dengan menguatnya harga logam mulia itu menyusul kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS.
Berdasarkan data Bloomberg, pada sesi pertama perdagangan Senin (9/11/2020) pukul 11.10 WIB mayoritas saham pertambangan emas bergerak di zona hijau. Penguatan saham emiten emas dipimpin oleh PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) yang naik hingga 15,38 persen ke posisi Rp180.
Kemudian, penguatan diikuti oleh saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang naik 2,67 persen ke posisi Rp1.155, dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang menguat 1,03 persen ke posisi Rp1.960.
Namun sayang, momentum ini tidak dimanfaatkan oleh saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) dan PT Wilton Makmur Indonesia Tbk. (SQMI) yang berada di posisi yang sama pada perdagangan sebelumnya, masing-masing di Rp224 dan Rp214.
Sementara itu, secara umum sentimen kenaikan harga emas juga telah memicu kenaikan bagi saham-saham emiten tambang logam lainnya. Saham PT Timah Tbk., berhasil tersulut naik 4,68 persen ke level Rp895 per saham dan saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) juga menguat 1,41 persen ke level Rp4.330 per saham.
Adapun, harga emas di pasar spot hingga pukul 11.16 WIB naik 0,63 persen ke posisi US$1.963,46 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka kontrak Desember 2020 di bursa Comex bergerak naik 0,55 persen ke posisi US$1.962,5 per troy ounce,
Baca Juga
Harga emas berhasil tersulut naik seiring dengan respon positif pasar terhadap kabar kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS. Sentimen itu telah membuat dolar AS melemah dan investor mulai beralih kembali ke emas.
Kemenangan Biden memberikan sinyal bahwa paket stimulus besar AS akan segera digelontorkan. Untuk diketahui, harga emas cenderung mendapatkan keuntungan dari stimulus yang lebih besar karena dipertimbangkan sebagai aset lindung terhadap inflasi.