Bisnis.com, JAKARTA - Entitas Grup MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Investama Tbk. (BHIT) telah mengadakan rapat untuk mentabulasi dan mengumumkan hasil pemungutan suara sehubungan dengan rencana konversi obligasi yang bersifat senior senilai US$231 juta pada Kamis (5/11/2020).
"Pemegang Obligasi telah menyetujui exchange offer yang diusulkan oleh perseroan," papar Darma Putra, Direktur Utama MNC Investama, dalam keterangan resmi, Kamis (5/11/2020).
Pemegang Obligasi memiliki dua opsi untuk menukarkan obligasi global itu. Pertama, menukar dengan saham baru BHIT dengan nilai tukar 8.267.052 saham per US$100.000 dari jumlah pokok obligasi.
Harga itu setara dengan harga konversi Rp173 per saham dengan menggunakan nilai tukar Rp14.302. Dengan nilai tukar tersebut, maka obligasi senilai US$213 juta setara dengan Rp3,3 triliun.
Opsi kedua, menukar senior notes dengan obligasi baru yang diterbitkan BHIT dengan nilai tukar US$100.000 untuk setiap US$100.000 jumlah pokok Obligasi.
Obligasi baru menawarkan kupon tetap 1 persen per tahun, ditambah dengan kupon variabel dari dividen tunai yang diterima BHIT dari PT Global Mediacom Tbk. dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk. Obligasi baru ini memiliki jangka waktu lima tahun.
Baca Juga
"Perseroan akan mengajukan permohonan pengesahan kepada pengadilan Singapura pada tanggal 10 November 2020 dan diharapkan akan disetujui oleh pengadilan Singapura dan akan menjadi efektif pada pertengahan Desember 2020," papar Darma Putra.
Setelah efektif, pemegang obligasi diminta memilih salah satu dari skema diatas. Perseroan telah mendapatkan konfirmasi bahwa setidaknya 65 persen pemegang obligasi akan mengkonversi obligasi menjadi saham.
Hal ini akan mengurangi utang induk BHIT dari US$231 juta menjadi US$81 juta atau turun 64.5 persen. Sementara ekuitas induk meningkat dari Rp11,6 triliun menjadi Rp13,8 triliun, kenaikan sebesar 18,1 persen.
”Exchange offer ini akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perseroan. Konversi utang menjadi saham akan menurunkan sisa utang Perseroan dan meringankan beban keuangan, sedangkan obligasi baru dengan tingkat kupon rendah akan secara drastis mengurangi beban keuangan yang ditanggung Perseroan. Kedua opsi ini akan memperkuat neraca, struktur permodalan dan laba rugi secara keseluruhan, yang pada akhirnya menguntungkan pemegang saham,” kata Darma Putra.