Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Kinerja Masih Baik, Telkom (TLKM) Pede Sahamnya Pulih

SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Achmad Reza mengatakan hampir seluruh lini bisnis yang dimiliki Telkom masih memiliki potensi pertumbuhan yang positif.
Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah (tengah) bersama Direktur Network & IT Solution Telkom Herlan Wijanarko (kanan) dan Direktur Wholesale & International Service Telkom Dian Rachmawan melakukan seremoni groundbreaking HyperScale Data Center Telkom di area Bekasi, Kamis (9/7)./Istimewa
Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah (tengah) bersama Direktur Network & IT Solution Telkom Herlan Wijanarko (kanan) dan Direktur Wholesale & International Service Telkom Dian Rachmawan melakukan seremoni groundbreaking HyperScale Data Center Telkom di area Bekasi, Kamis (9/7)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. alias TLKM meyakini kondisi fundamental perseroan masih baik dan memiliki peluang untuk terus tumbuh. Emiten pelat merah ini juga percaya diri dengan kinerja sahamnya.

SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan hampir seluruh lini bisnis yang dimiliki Telkom masih memiliki potensi pertumbuhan yang positif.

Salah satunya, jelas Reza, bisnis mobile data yang dikelola anak usaha perseroan yakni PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) masih punya cukup ruang untuk bertumbuh. Saat ini pendapatan dari data berkontribusi sekitar 70 persen terhadap pendapatan Telkomsel.

“Pendapatan dari mobile data diproyeksikan akan terus tumbuh, didorong oleh kenaikan trafik data,” ujar Reza kepada Bisnis, Rabu (4/11/2020)

Menurutnya, konsumsi mobile data pelanggan Telkomsel masih relatif rendah yakni sekitar 8GB/bulan, dibandingkan Thailand atau India sekitar 15GB/bulan. Adapun saat ini pertumbuhan trafik data Telkomsel sekitar 40 persen.

Selain bisnis mobile data dari Telkomsel, Reza menilai lini bisnis fixe broadband dari Indihome juga memiliki prospek yang sangat baik. Pasalnya, kebutuhan akan internet di perumahan semakin meningkat, dengan perkiraan addressable household market sekitar 20 juta.

Di sisi lain, seperti konsumsi mobile data, saat ini penetrasi layanan fixed broadband di Indonesia masih sangat rendah sekitar 15 persen, jauh di bawah Thailand sekitar 50 persen.

“Kompetisi fixed broadband di Indonesia cukup sehat, sehingga kami memproyeksikan bisnis ini akan terus tumbuh kuat di masa mendatang,” imbuh Reza.

Selanjutnya, Telkom juga percaya diri lini bisnis wholesale akan semakink kuat. Termasuk bisnis menara seiring dengan rencana perseroan untuk melepas anak usaha yang bergerak di bidang bisnis menara yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) untuk melantai di bursa.

Reza menyebut perseroan juga tengah memformulasikan model bisnis yang lebih baik dengan para digital players khususnya perusahaan yang menyediakan layanan over the top (OTT).

Sementara itu, dia optimistis lini bisnis enterprise akan berbalik positif pada tahun depan. Pasalnya peluang di segmen bisnis satu ini sangat besar, seiring dengan digitalisasi korporasi dan lembaga-lembaga pemerintah

“Saat ini kami dalam tahap memperkuat fundamental bisnis Enterprise, dan memproyeksikan bisnis Enterprise akan kembali tumbuh positif di tahun 2021,” tuturnya.

Berbekal optimisme tersebut, Reza mengatakan saat ini masih merupakan waktu yang tepat bagi investor untuk mengoleksi saham Telkom.

“Saat ini merupakan saat yang tepat membeli saham Telkom karena pertama, fundamental Telkom sangat kuat dengan peluang pertumbuhan yang cukup baik. Kedua, valuasi saham Telkom saat ini sangat menarik,” ujarnya.

Dia menambahkan, saat ini price to earning ratio (PE ratio) Telkom ada di kisaran 14 kali, yang merupakan posisi terendah dalam 5 tahun terakhir. Adapun rata-rata PE ratio dalam 5 tahun terakhir di kisaran 19,7 kali.

“Kemudian dengan harga penutupan hari ini [4 November 2020] di Rp2.580, saham Telkom menawarkan potensi dividend yield yang cukup baik di atas tingkat bunga deposito saat ini, dengan asumsi dividend per share relatif stabil,” pungkasnya.

Pada penutupan perdagangan Rabu (4/11/2020), saham TLKM ditutup di level Rp2.580, setelah bergerak di rentang Rp2.580 - Rp2.640. Harga koreksi 35,01 persen sepanjang tahun berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper