Bisnis.com, JAKARTA — Pemilihan umum yang tengah berlangsung di Amerika Serikat menjadi perhatian para pelaku pasar. Pasalnya, siapapun yang terpilih menjadi Presiden AS selanjutnya pasti memberikan dampak terhadap pasar modal global, termasuk pasar modal Indonesia.
Beririsan dengan proses perhitungan suara yang sedang berlangsung di Negeri Paman Sam, indeks harga saham gabungan (IHSG) tersungkur di zona merah pada penutupan pasar hari ini, Rabu (4/11/2020) WIB.
Padahal, pada awal perdagangan hingga akhir sesi I indeks komposit melenggang mulus di zona hijau. Namun, kondisi berbalik pada sesi II perdagangan yang mana indeks terjungkal dan tak mampu kembali bangkit.
Hingga penutupan perdagangan pukul 15.00 WIB, IHSG koreksi 1,05 persen atau 54,25 poin menjadi 5.105,19. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak di rentang 5.105,19 - 5.188.
Lantas, bagaimana sebenarnya dampak Pemilu AS terhadap pasar modal Indonesia, jika Donald Trump berhasil mempertahankan posisinya sebagai Presiden AS? Atau sebaliknya, Joe Biden muncul sebagai pemenang Pemilu kali ini?
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo melihat bahwa investor pasar modal Indonesia masih menunggu dan menanti hasil lengkap Pemilu AS. Namun, dia menyebut baik Trump atau Biden yang menang dampaknya tak jauh berbeda.
Baca Juga
“Yang sebenarnya pihak manapun yang bakal menang, ekonomi Indonesia bersiap untuk menghadapinya, karena keduanya memiliki sisi positif bagi Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (4/11/2020).
Dia menuturkan, skenario jika Trump menang, IHSG kemungkinan naik, terlebih dengan adanya wacana soal perpanjangan Generalized System of Preferences (GSP) yaitu fasilitas bea masuk untuk produk-produk Indonesia ke AS, ditambah dengan Limited Trade Deal (LTD).
“Kedua hal ini bakal bergulir jika Trump kembali menjabat presiden,” ujar Frankie, Rabu (4/11/2020).
Walau dinilai sarat politis, Frankie menilai hal ini cukup signifikan untuk mendorong pendapatan emiten Indonesia khususnya industri manufaktur dan padat karya.
Pun, sentimen ini turut mendongkrak saham-saham yang sudah lama berjalan datar, seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL), PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) dan PT Pan Brothers Tbk. (PBRX).
Sebaliknya, jika Biden menjadi orang nomor satu di AS, Frankie menyebut banyak pengamat menilai pasar modal bakal terkoreksi, termasuk IHSG, karena kebijakan yang ditawarkan Trump mungkin tertunda.
Akan tetapi, dari gaya Biden yang dinilai lebih korperatif dalam berbicara ada kemungkinan perang dagang global alias trade war dapat sedikit mereda sehingga geliat industri terutama di China dan AS dapat berjalan seimbang.
Walhasil, hal ini akan berdampak signifikan terhadap emiten di sektor sumber daya alam Indonesia, seperti CPO, batubara, industri dasar. Selain itu, industri nikel kemungkinan juga bakal berjaya seiring dengan tren otomotif berteknologi terbarukan.
“Perlu dipertarikan program kerja Biden jika terpilih salah satunya adalah diversifikasi penggunaan bahan bakar untuk energi, sebagai langkah untuk mengurangi dampak Global Warming,” tambah Frankie.
Emiten-emiten yang juga memiliki portfolio nikel dapat terdongkrak seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT Harum Energy Tbk. (HRUM), dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk. (NIKL).