Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya literasi dan kesadaran masyarakat dalam berinvestasi menjadi faktor utama kenaikan angka penjualan obligasi ritel sepanjang tahun 2020.
Berdasarkan data yang diolah Bisnis pada Kamis (29/10/2020), hasil penjualan obligasi ritel pada tahun 2020 telah mencapai Rp71,36 triliun dari lima seri obligasi ritel yang telah ditawarkan, yakni SBR009, SR012, ORI017, SR013, dan ORI018.
Angka penawaran tertinggi dicatatkan oleh SR013 yang menghimpun penjualan senilai Rp25,67 triliun. Penjualan obligasi ritel pada 2020 masih menyisakan satu seri, ST007, yang akan ditawarkan dalam waktu dekat.
Perolehan penjualan obligasi ritel Indonesia pada tahun ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2019 lalu, pemerintah menghimpun dana sebesar Rp49,7 triliun dari 10 seri obligasi yang ditawarkan.
Terkait hal tersebut, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, meningkatnya minat investor terhadap surat obligasi ritel salah satunya ditopang oleh pemasaran optimal yang dilakukan oleh pemerintah.
Negara, bersama dengan beberapa pihak terkait seperti perbankan, lembaga fintech, dan lainnya melakukan penjualan obligasi ritel dengan memanfaatkan teknologi yang menjangkau masyarakat lebih luas serta mempermudah cara pembeliannya.
Baca Juga
“Bila sebelumnya calon investor harus ke bank dahulu untuk membeli, kini semakin dipermudah dengan keterlibatan fintech dan juga sistem pembelian online. Hal ini juga yang menarik lebih banyak segmen masyarakat, utamanya generasi milenial, untuk berinvestasi,” katanya saat dihubungi pada Kamis (29/10/2020).
Ramdhan melanjutkan, masyarakat memandang obligasi ritel sebagai salah satu instrumen yang baik untuk berinvestasi ataupun menyimpan uangnya. Surat utang ritel dinilai sebagai instrumen yang terukur untuk investor individu. Selain itu, sebagian besar obligasi ritel yang dirilis pada tahun ini bersifat dapat diperdagangkan (tradeable)
“Hal ini membuat obligasi ritel menjanjikan return yang lebih baik dibandingkan jenis instrumen risiko rendah lainnya seperti deposito,” tambahnya.
Ramdhan melanjutkan, perkembangan obligasi ritel masih dapat lebih baik lagi dalam tahun-tahun mendatang. Pasalnya, dengan demografi masyarakat Indonesia yang cukup besar, saat ini pasar obligasi ritel di seluruh Indonesia belum mencapai titik maksimalnya.
Menurutnya, sejauh ini pasar surat utang ritel masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pemerintah bersama pihak-pihak terkait dinilai perlu meningkatkan pasar di luar Pulau Jawa. dengan.
“Saat ini, pasar obligasi ritel Indonesia baru sekitar 10 persen. Pemerintah perlu meningkatkan pemasaran, sosialisasi, serta edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya berinvestasi dan daya tarik obligasi ritel,” kata Ramdhan.