Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalik melemah pada akhir perdagangan Selasa (27/10/2020).
Pada akhir sesi perdagangan, IHSG parkir di level 5.128,22 setelah melemah 15,82 poin atau 0,13 persen dibandingkan level penutupan perdagangan sebelumnya. Adapun 176 saham terpantau menghiaju, 232 memerah, dan 164 lainnya stagnan.
Adapun secara sektoral, hanya 3 dari 10 sektor yang tercatat menguat, sedangkan sisanya melemah. Pelemahan terdalam dialami oleh sektor properti yang turun 0,85 persen, diikuti oleh sektor industri dasar yang terkoreksi 0,77 persen.
Kapitalisasi pasar di akhir perdagangan tercatat sebesar Rp5.977,60 triliun dan jumlah transaksi yang terjadi mencapai Rp8,55 triliun. Investor asing membukukan aksi beli bersih dengan nilai Rp108,24 miliar.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk alias BBRI menjadi yang paling banyak diborong asing. Net foreign sell BBRI mencapai Rp211,6 miliar. Saham perbankan pelat merah ini juga menguat 0,60 persen ke level 3360.
Selain BBRI, asing juga banyak membeli saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan net foreign sell masin-masing Rp127,0 miliar dan Rp78,1 miliar.
Baca Juga
Sebaliknya, asing beramai-ramai melepas saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Tercatat, net foreign sell TLKM mencapai nilai Rp147,8 miliar. Kinerja TLKM juga tertekan dengan koreksi 1,13 persen ke level 2620.
Nasib serupa dialami oleh saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang juga banyak dilego asing dengan net foreign sell Rp123,2 miliar. Saham BBNI juga turut terkoreksi lebih dalam yakni 2,27 persen ke level 4740.
Analis Artha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan indeks komposit hari ini tertekan oleh aksi profit taking yang dilakukan investor. Pasalnya, ketika pekan lalu terkoreksi banyak investor yang mengambil momentum tersebut untuk masuk.
Selain itu, dia menyebut perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) serta kenaikan kasus Covid-19 juga turut membuat pasar sulit bangkit karena investor kian khawatir pemulihan kembali berjalan melambat.
“Di sisi lain, market masih menanti kepastian program stimulus AS pasca pemilu,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (27/10/2020)
Sementara itu, untuk aksi jual bersih yang tercatat hari ini, Nafan menilai hal tersebut masih merupakan efek dari apresiasi pasar terhadap pengesahan Omnibus Law serta komitmen pemerintah dalam memberikan stimulus fiskal, moneter, maupun keuangan.
“Lalu market mengapresiasi kinerja laporan keuangan Q3 emiten2 yang rata-rata menunjukkan sustainability di tengah-tengah terjadinya global uncertainty,” tambahnya.