Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham di sektor perkebunan mencetak penguatan di tengah tekanan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (27/10/2020). Saham emiten perkebunan sawit kompak menguat seiring dengan kenaikan harga crude palm oil (CPO).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Jakagri terpantau naik 2,62 persen ke level 1.218,83 di saat IHSG turun 0,04 persen pada pukul 09.30 WIB.
Penguatan indeks Jakagri yang berisi saham-saham perkebunan dipimpin oleh emiten grup-grup konglomerasi. Saham emiten Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk. naik 4,98 persen ke posisi 11.075.
Kemudian disusul saham emiten Grup Salim, yaitu PT Salim Ivomas Pratama Tbk. dan PT PP London Sumatra Tbk. Saham kedua emiten in imasing-masing menguat 4,94 persen dan 4,15 persen.
Tidak mau ketinggalan, saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk. juga naik 3,66 persen ; disusul saham PT Eagle High Plantations Tbk. sebesar 3,16 persen.
Emiten sawit Grup Sampoerna dan Grup Bakrie juga mendulang kenaikan harga. Saham PT Sampoerna Agro Tbk. anik 1,97 persen. Adapun saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk melesat 4,05 persen.
Baca Juga
Untuk diketahui, harga CPO kembali menembus 3.000 ringgit per ton di Bursa Malaysia. Kemarin kontrak teraktif CPO untuk pengiriman Januari 2021 naik 4,21 persen ke posisi 3.066 ringgit per ton.
Sebelumnya, Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, kenaikan harga CPO ditopang oleh siklus bisnis komoditas ini. Ia menjelaskan, anjloknya permintaan di awal tahun terkait Covid-19 menekan produsen atau perusahaan CPO.
Selain itu, kebijakan lockdown atau pembatasan kerja serta tekanan harga juga turut menekan produksi sehingga menekan pasokan.
“Pada akhir tahun harga CPO memang cenderung menguat seiring dengan musim yang mendukung sektor energi seperti minyak dan gas alam,” tambahnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga CPO juga didukung oleh faktor siklus cuaca La Nina. Siklus tersebut mengakibatkan kenaikan curah hujan pada sejumlah negara pengekspor seperti Malaysia dan Indonesia.
Wahyu menjelaskan, frekuensi hujan yang akan lebih tinggi berpotensi menghambat pengiriman minyak kelapa sawit. Hal ini akan berimbas pada penurunan produksi dan menyebabkan kenaikan harga CPO.