Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan di AS Naik, Harga Minyak Tergelincir

The American Petroleum Institute melaporkan pasokan minyak mentah di Negeri Paman Sam naik hampir 600.000 barel pekan lalu, berlawanan dengan survei Bloomberg yang memperkirakan pasokan turun
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Pasokan minyak mentah di Amerika Serikat menahan laju penguatan harga minyak di tengah optimisme kesepakatan stimulus fiskal.

 

Menurut sumber yang enggan disebutkan identitasnya, The American Petroleum Institute melaporkan pasokan minyak mentah di Negeri Paman Sam naik hampir 600.000 barel pekan lalu. 

 

Kenaikan itu kontras dengan survei Bloomberg yang memperkirakan pasokan minyak mentah akan turun di AS. Adapun, data pasokan minyak AS akan dirilis secara resmi hari ini, Rabu (21/10/2020), waktu setempat.

API melaporkan pasokan minyak di AS naik menjadi 1,17 juta barel pekan lalu. Apabila data tersebut dikonfirmasi oleh Pemerintah AS, maka posisi itu menjadi kenaikan untuk pekan kelima secara berturut-turut.

Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember pun turun 58 sen menjadi US$42,58 per barel pada pukul 13.37 di London. Harga sempat menguat 54 sen per barel didorong oleh optimisme tercapainya kesepakatan paket stimulus fiskal di AS.

Sementara itu, harga minyak WTI untuk pengiriman Desember terdepresiasi 57 sen atau 1,4 persen menjadi US$41,13 per barel.

Head of Commodities Strategy Saxo Bank Ole Hansen mengatakan harga minyak Brent akan tetap bertahan pada level terendah US$40-an per barel pada kondisi dolar AS yang melemah dan perundingan stimulus AS yang tak kunjung rampung.

“Pasar fokus ke pasokan dan secara umum ini semua [koreksi harga] masuk akal karena outlook permintaan masih suram,” kata Hansen, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (21/10/2020).

Adapun, pandemi virus corona dan pasokan melimpah dari Libya telah menjadi penghambat laju harga minyak.

Walaupun China masih menopang dari sisi permintaan, namun tampaknya tak cukup kuat untuk menutupi prospek penurunan konsumsi minyak di negara-negara Eropa.

Koalisi negara produsen dan eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+ bahkan telah mengingatkan akan adanya outlook yang kurang cerah untuk harga minyak di masa depan.

Pelaku pasar pun masih menunggu akankah OPEC+ kembali menaikkan produksi minyak pada Januari atau akan terus menjaga industri dari kelebihan pasokan seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper