Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Pertemuan OPEC+, Minyak Bergerak Variatif

Koalisi negara produsen dan eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+ telah mengadakan pertemuan untuk menganalisis pasar pada Senin (19/10/2020) secara virtual.
Kilang BBM/Ilustrasi
Kilang BBM/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak bergerak variatif usai pertemuan OPEC+ yang tidak menghasilkan kesepakatan baru terkait pemangkasan produksi.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (20/10/2020) hingga pukul 18.45 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak November 2020 di bursa New York menguat 0,37 persen ke level US$40,98 per barel.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent di bursa ICE untuk kontrak pengiriman Desember 2020 melemah 0,14 persen ke level US$42,52 per barel.

Untuk diketahui, koalisi negara produsen dan eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+ telah mengadakan pertemuan untuk menganalisis pasar pada Senin (19/10/2020) secara virtual sebelum melakukan pertemuan yang lebih besar pada 30 November - 1 Desember 2020.

Adapun, panelis tidak membahas untuk merancang kesepakatan baru terkait prospek pemangkasan produksi di tengah ketidakpastian permintaan akibat gelombang kedua penyebaran pandemi Covid-19.

Namun, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman meminta kelompok itu untuk bersikap proaktif dalam menghadapi ketidakpastian itu dan dapat mengubah arah produksi jika diperlukan.

Dengan demikian, OPEC + akan melanjutkan peningkatan kapasitas produksi sesuai kesepakatan sebelumnya, yaitu hampir 2 juta barel per hari ke pasar mulai Januari, jika tidak berubah arah.

Sementara itu, Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) di Singapura Howie Lee mengatakan bahwa OPEC + kemungkinan akan menunda penambahan pasokan selama tiga bulan hingga April 2021.

Hal itu dikarenakan melemahnya permintaan saat ini. Kendati permintaan China mulai pulih dan sudah kuat, penyebaran Covid-19 terus meningkat sehingga menyebabkan kekhawatiran pasar terhadap adanya kemungkinan pembatasan bepergian lagi.

Belum lagi, Libya yang sudah mulai produksi sehingga akan menambahkan kelebihan pasokan di pasar. Katalis negatif itu pun tercermin dari harga minyak WTI yang hingga saat ini terus berjuang melampaui US$41 per barel.

“Dengan pertemuan komite selesai, katalis utama untuk menetapkan arah minyak dalam jangka pendek adalah apakah kesepakatan tentang stimulus AS dapat diselesaikan,” papar Lee seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/10/2020).

Di sisi lain, Tim Analis Monex Investindo Futures mengatakan bahwa harga minyak WTI berpeluang untuk melanjutkan kenaikan menguji level resisten di US$41,60 per barel.

“Hal itu karena didukung harapan baru bantuan stimulus fiskal AS dan adanya sinyal outlook pemangkasan produksi lebih lanjut dari OPEC. Rentang perdagangan potensial berada di kisaran US$40,25 - US$41,60 per barel,” tulis Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya, Selasa (20/10/2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper