Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Ritel Beralih ke Saham Blue-Chip, Kapok Sama Saham Gorengan

Bursa Efek Indonesia melansir pola investasi investor ritel mulai berubah. Investor ritel kini mempertimbangkan tata kelola dan kondisi fundamental emiten sebagai kriteria dalam pemilihan saham. Sebelumnya investor ritel disebut kerap menyukai saham-saham yang memiliki volatilitas tinggi.
Karyawan melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menaruh investasi di pasar modal membawa perubahan terhadap pola investasi yang dilakukan oleh investor ritel.

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengungkapkan pihaknya melihat ada perubahan pola investasi yang dilakukan oleh para investor ritel. 

Sebelumnya, investor ritel lebih banyak menaruh modalnya pada saham-saham kecil dan dengan valuasi yang tidak begitu besar. Volatilitas yang tinggi ini kerap menjadi ciri saham-saham gorengan.

Sementara itu, kini para investor ritel mengincar saham-saham blue chip atau saham unggulan di bursa Indonesia. Para investor membeli saham-saham emiten penghuni indeks LQ45 atau IDX30.

“Investor ritel kini memikirkan tata kelola perusahaan dan kondisi fundamental perusahaan agar tingkat volatilitas dalam investasinya berkurang,” jelasnya dalam sesi diskusi panel Capital Market Summit & Expo 2020 pada Rabu (21/10/2020).

Menurut Laksono, perubahan pola investasi ini juga menandakan semakin membaiknya literasi masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal. Pihak BEI pun juga akan terus berupaya mengadakan program-program pelatihan dan seminar terkait investasi guna meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi.

“Edukasi kepada masyarakat untuk berinvestasi menjadi penting mengingat perkembangan jumlah investor ritel di Indonesia yang terus meningkat,” katanya.

Ia melanjutkan, jumlah investasi yang dilakukan dari sektor ritel terus menunjukkan tren kenaikan sejak 2017. Berdasarkan data dari BEI, pada 2017 lalu, dari rata-rata nilai perdagangan harian sebesar Rp5 triliun, investor ritel mendominasi dengan porsi 41,4 persen

Pada masa pandemi virus corona, otoritas bursa melihat lonjakan aktivitas investasi di sektor ritel. Hingga September 2020, sebanyak 51 persen investor ritel mendominasi rata-rata perdagangan harian senilai Rp6,3 triliun.

“Kenaikan partisipasi investor ritel ini juga menjadi bantalan untuk pasar Indonesia yang ditinggal oleh investor asing karena adanya pandemi ini,” ujarnya.

Laksono menjelaskan, kenaikan jumlah investor ritel didorong oleh tingkat suku bunga acuan di Indonesia yang terbilang rendah. Hal ini menimbulkan gairah investasi di kalangan masyarakat.

Selain itu, pandemi virus corona juga membuat masyarakat tidak melakukan pengeluaran dalam bentuk liburan, belanja, dan lainnya. Akibatnya, mereka memiliki kas yang berlimpah sehingga masyarakat pun mencari alternatif investasi agar mendatangkan return yang optimal.

“Selain itu, likuiditas Indonesia di sektor perbankan juga masih amat bagus. Ini juga ikut menopang kenaikan investor ritel di masa pandemi ini,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper