Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan permintaan produk dan layanan teknologi informasi & komunikasi (TIK) dinilai bakal terus menjadi pendorong kinerja PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL).
Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo mengatakan di masa sekarang ini perkembangan digitalisasi, termasuk meningkatnya tren e-commerce telah membuat permintaan produk dan layanan TIK menanjak.
“Kami meyakini dengan adanya pandemi semakin memantik adanya adopsi digitalisasi lebih lanjut baik bagi bisnis maupun individu sehingga memberi manfaat bagi MTDL,” demikian tulisnya dalam riset, Rabu (14/10/2020)
Dia menilai MTDL memiliki model bisnis yang tangguh. Adapun untuk bisnis solusi & konsultasi, pandemi telah menyebabkan percepatan adopsi transformasi digital untuk perusahaan dan individu.
Hal tersebut, ujar Handiman, terbukti dari sepanjang tahun ini bisnis MTDL cenderung tak terdampak pandemi, termasuk bisnis legacy perseroan yakni lini distribusi.
Seperti diketahui, MTDL menjual perangkat keras dan perangkat lunak TIK secara langsung kepada konsumen akhir (end consumer), melalui integrator sistem kepada klien komersial, dan melalui e-commerce atau ke-catalog kepada klien lainnya terutama pemerintah.
Baca Juga
Pun, perseroan memanfaatkan sistem distribusi modern yang mencakup 150 kota di Indonesia yakni sistem ERP melalui portal daring dan platform bisnis digital.
Begitu pula untuk untuk segmen bisnis solusi dan konsultasi MTDL, yang mana perseroan menyediakan menyediakan rangkaian lengkap produk dan layanan TIK untuk klien korporat.
Handiman mengatakan, segmen ini menggunakan model langganan multi-tahun dan terbarukan, sehingga menjadi pendapatan rutin untuk MTDL. Alhasil perseroan lebih tahan banting terhadap dinamika pasar jangka pendek.
Sementara itu dari kinerja keuangan , pada paruh pertama tahun ini MTDL membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp6,2 triliun. Realisasi tersebut stabil dibandingkan tahun lalu meskipun ada pandemi Covid-19.
“Bisnis solusi dan konsultasi tidak terlalu terpengaruh dari pandemi, karena model bisnisnya berbasis langganan,” tutur Handiman.
Di lain sisi, perseroan mengalami kerugian valas sebesar Rp44,3 miliar, melonjak dibandingkan kerugian nilai tukar pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,9 miliar sehingga membebani laba bersihnya.
Namun, secara keseluruhan MTDL masih mampu menghasilkan laba bersih Rp156 miliar, naik 2,3 persen year on year.
Dia meyakini pada paruh kedua tahun ini kinerja emiten distributor TIK itu akan terus moncer. Salah satunya ditopang oleh pencairan anggaran pemerintah yang menjadi katalisator jangka pendek.
“Sementara terkait dengan disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja baru-baru ini, kami melihat dampak yang kecil bagi MTDL, mengingat sebagian besar karyawannya adalah pekerja terampil,” ujar Handiman.