Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) telah menembus level 3.000 ringgit per ton. Faktor cuaca dan prospek stimulus di Amerika Serikat menjadi katalis utama pergerakan harga komoditas andalan Indonesia dan Malaysia ini.
Berdasarkan data dari Bloomberg pada Senin (12/10/2020), harga minyak sawit terpantau naik 93 poin atau 3,12 persen pada level 3.004 ringgit per ton. Harga CPO juga sempat melesat hingga 3.013 ringgit per ton sebelum sedikit turun.
Adapun harga CPO telah naik 40,98 persen dari posisi terendahnya pada akhir April 2020 lalu dan menguat 20,74 persen dalam tiga bulan terakhir.
Sementara itu, berdasarkan data dari laman Bursa Malaysia, harga minyak kelapa sawit untuk pengiriman Desember 2020 sempat mencapai level 3.026 ringgit per ton sebelum parkir pada settlement price sebesar 2.911 ringgit per ton.
Kenaikan juga terjadi pada CPO pengiriman November 2020 yang mencapai 3.075 ringgit per ton. sebelum tiba pada settlement price sebesar 2.967 ringgit per ton.
Direktur PT TRFX Berjangka Ibrahim melesatnya harga minyak kelapa sawit didukung oleh faktor cuaca pada sejumlah negara eksportir utama seperti Malaysia.
Baca Juga
Frekuensi hujan yang lebih tinggi dinilai berdampak pada terhambatnya pengiriman minyak kelapa sawit. Hal tersebut pun berimbas pada penurunan produksi dan menyebabkan kenaikan harga CPO.
"Fenomena cuaca La Nina ini menyebabkan para pemilik lahan mengurangi panen CPO yang berdampak pada terhambatnya distribusi dan permintaan yang tinggi," katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (12/10/2020).
Selain itu, disahkannya omnibus law UU Cipta Kerja juga turut mengangkat harga minyak kelapa sawit. Dengan persyaratan investasi yang dipermudah, investor asing akan mudah memasuki Indonesia dan membuka peluang investasi di sektor minyak kelapa sawit.
Meski demikian, Ibrahim memperkirakan harga CPO akan kembali terkoreksi pada Selasa (12/10/2020) esok. Hal tersebut disebabkan oleh terhambatnya pembicaraan paket stimulus di Amerika Serikat setelah sempat kembali mencuat.
“Selain itu, negosiasi antara Inggris dengan Uni Eropa terkait perjanjian perpisahan kedua pihak juga akan sangat menentukan pergerakan harga CPO dalam beberapa waktu ke depan,” jelasnya.
Senada, Analis Capital Futures Wahyu Laksono menuturkan, selain faktor cuaca, penurunan produksi CPO juga disebabkan oleh penurunan jumlah pekerja di perkebunan kelapa sawit akibat pandemi virus corona.
Saat ini, Wahyu mengatakan para pemilik lahan kemungkinan akan kekurangan sebanyak 62 ribu tenaga kerja yang berimbas pada berkurangnya produksi minyak kelapa sawit.
Menurut Wahyu, pergerakan harga CPO juga dipengaruhi oleh sentimen di AS. Kabar pemilihan presiden dan kelanjutan pembahasan stimulus fiskal akan mendukung ekonomi dan bursa saham di negara tersebut, sehingga akan turut mengerek naik nilai minyak kelapa sawit.
Tren Kenaikan Harga CPO 2 Oktober – 12 Oktober 2020
Tren Harga CPO | |
---|---|
Tanggal | Harga Penutupan (ringgit per ton) |
12 Oktober 2020 | 3.004 |
9 Oktober 2020 | 2.911 |
8 Oktober 2020 | 2.888 |
7 Oktober 2020 | 2.870 |
6 Oktober 2020 | 2.818 |
5 Oktober 2020 | 2.721 |
2 Oktober 2020 | 2.708 |