Bisnis.com, JAKARTA – PT Trinitan Metals & Minerals Tbk. siap menangkap peluang investasi produsen mobil listrik asal Amerika Serikat yaitu Tesla di Indonesia.
Tesla dikabarkan sedang memulai pembicaraan awal dengan pemerintah Indonesia terkait dengan investasi di dalam negeri.
Emiten berkode saham PURE tersebut tengah mengembangkan teknologi pemurnian mineral, pengelolaan limbah pertambangan dan eksplorasi tambang.
Salah satu pengembangan yang dilakukan oleh PURE adalah memanfaatkan teknologi Hidrometalurgi Step Temparature Acid Leach (STAL) di Indonesia untuk melakukan proses pemurnian berlapis, sehingga menghasilkan limbah padat yang sangat minim, penggunaan air dan energi yang minimal.
Menurut Direktur Utama TMM, Petrus Tjandra menjelaskan, teknologi Hidrometalurgi STAL dapat diaplikasikan untuk mendukung investasi Tesla di Indonesia.
“STAL mampu menghasilkan produk Nikel 99,96 persen (LME Grade), serta produk nikel sulfat dan kobalt sulfat battery grade yang dapat digunakan oleh para produsen baterai lithium ion,” ujar Petrus Tjandra dalam keterangan resminya, Kamis (8/10/2020).
Baca Juga
Saat ini, PURE juga tengah mengembangkan skema mine-mouth leaching plant dalam bekerja sama dengan para penambang Nikel di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, para penambang akan membangun leaching plant di setiap “mulut” tambang nikel milik mereka.
Menurut Petrus, leaching plant ini akan mengolah bijih nikel laterit milik penambang menjadi produk Crude MHP (Mix Hydroxide Precipitate) dan MSP (Mix Sulphide Presipitate) dengan kadar nikel sekitar 24 persen—40 persen, yang kemudian akan diolah untuk menjadi Nikel 99,96%, serta nikel sulfat dan kobalt sulfat.
“Skema ini juga sejalan dengan permintaan Elon Musk agar penambang nikel menjaga kelestarian lingkungan, karena bahan galian yang sudah di proses nantinya akan dilakukan penyuburan kembali sehingga bisa dikembalikan ke lokasi dan dilakukan penanaman,” ucapnya.
Lebih lanjut, Petrus menjelaskan bahwa pihaknya memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan, dengan mengaplikasikan zero waste management.
Menurut Petrus, teknologi STAL menghasilkan limbah residu sebanyak 30 persen—40 persen, atau jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan teknologi lainnya yang menghasilkan limbah residu hingga 90persen—95 persen.
“Residu yang dihasilkan STAL memiliki kandungan besi sekitar 80 persen, dan dapat diolah menjadi iron ore untuk digunakan oleh industri baja. Selain itu dapat diolah menjadi bentuk batu bata," jelasnya.