Bisnis.com, JAKARTA – Emiten rokok PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) diproyeksikan akan memenangkan pertarungan antar produsen rokok di dalam negeri hingga tahun 2021 mendatang.
Pada tahun 2019, volume produksi sigaret kretek mesin (SKM) emiten berkode saham WIIM tersebut kurang lebih adalah 1 miliar batang.
Perusahaan menyebutkan bahwa volume produksinya dapat mencapai 1,3 miliar batang pada tahun 2020 dan target produksinya tetap di bawah 2 miliar batang untuk tahun 2021.
Perusahaan tersebut kemungkinan akan mempertahankan tingkat produksinya di bawah 3 miliar batang untuk mendapatkan keuntungan dari cukai pajak dan harga jual eceran (HJE) yang rendah.
Sebagai perbandingan, Mirae Asset Sekuritas memaparkan bahwa pada tahun 2020, tarif cukai per batang produk SKM tier 1 lebih tinggi 57,4 persen dari tarif cukai tier II-A.
Oleh karena itu, produsen rokok kategori tier 1, termasuk PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), perlu meningkatkan harga jual rata-ratanya agar dapat mempertahankan profitabilitas.
Baca Juga
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan WIIM mendapatkan keuntungan dari penurunan daya beli masyarakat dan peraturan cukai pemerintah karena rokok masih dianggap sebagai produk yang rutin dikonsumsi.
“Meskipun volume penjualan secara keseluruhan lebih rendah untuk tahun ini, beberapa perokok tidak punya pilihan selain menukar konsumsi rokok mereka dengan merek yang lebih murah,” tulis Christine dikutip dari publikasi risetnya, Jumat (2/10/2020).
Karena sebagian besar harga produk WIIM hampir sama dengan patokan HJE pemerintah, perusahaan dapat menjual beberapa produknya lebih murah daripada produk yang dijual produsen rokok tier 1, dan hal ini akhirnya menciptakan permintaan tambahan dari pelanggan yang melakukan downtrading.
Hingga saat ini, brand Diplomat EVO telah mendapat respons positif dari konsumen dan bahkan menjadi pendorong pertumbuhan volume penjualan perusahaan secara keseluruhan.
Disebutkan sekuritas bahwa WIIM dapat menjual sekitar 5,7 juta - 6 juta batang rokok Diplomat EVO per minggunya. Menurut perhitungan Christine, angka tersebut mencapai sekitar 40 - 42 persen dari total volume penjualan perusahaan.
Dengan asumsi bahwa aturan persyaratan HJE oleh pemerintah akan dilaksanakan pada kuartal keempat tahun 2020, merek produsen rokok tier 1 dengan margin rendah seperti Magnum Mild milik HMSP dipastikan akan menaikkan harga jual rata-ratanya 15 - 20 persen lagi lebih tinggi dibandingkan saat ini.
“Kami juga merasa bahwa peralihan konsumen ke Diplomat Evo kemungkinan besar akan bertahan mengingat skala ekonomi dari penjualan rokok merek tersebut yang lebih murah disertai margin WIIM yang kemungkinan akan tetap kuat,” imbuhnya.
Adapun, Christine tidak memberikan rating dan target harga untuk saham WIIM. Namun, perusahaan memproyeksikan laba bersih mencapai setidaknya Rp100 miliar pada tahun 2020 atau laba Rp47,6 per saham.
Dengan menggunakan harga penutupan Kamis (1/10/2020) yakni Rp334, saham WIIM diperdagangkan pada price-to-earning ratio 7 kali saat ini.
Jika diasumsikan pertumbuhan laba bersih konservatif 10 persen secara tahunan hingga tahun 2021, WIIM diperdagangkan dengan valuasi price-to-earning ratio 6,4 kali pada tahun 2021.