Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk., membukukan penurunan kinerja pada paruh pertama 2020 seirin
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Rabu (30/9/2020), emiten berkode saham PTBA itu mencatatkan penurunan pendapatan 15,09 persen dari Rp10,6 triliun pada semester I/2019 menjadi hanya sebesar Rp9,01 triliun pada semester I/2020.
Namun, beban pokok pendapatan perseroan hanya turun tipis menjadi sebesar Rp6,4 triliun pada paruh pertama 2020 dibandingkan dengan Rp6,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Alhasil, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada semester I/2020 menjadi sebesar Rp1,28 triliun, turun 35,85 persen dibandingkan dengan semester I/2019 sebesar Rp2,08 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan bahwa penurunan kinerja perseroan disebabkan oleh penurunan permintaan yang diikuti oleh penurunan harga batu bara.
Dia menjelaskan bahwa untuk harga batu bara acuan (HBA) dalam negeri untuk semester I/2020 terkoreksi 20 persen, sedangkan harga batu bara Newcastle melemah 27 persen.
Baca Juga
“Kalau dalam krisis sebelumnya harga turun, tapi permintaan masih ada. Sekarang, dua-duanya. Ekspor turun luar biasa, tidak terlepas dari berkurangnya permintaan batubara negara maupun dari PLN sendiri,” ujar Arviyan saat konferensi pers kinerja Semester I/2020 secara daring, Rabu (30/9/2020).
Arviyan mengatakan bahwa untuk menjaga kinerja tetap positif hingga akhir tahun ini, perseroan akan terus melakukan efisiensi tanpa melakukan pengurangan jumlah maupun kesejahteraan karyawan.
PTBA juga akan terus mencari potensi pasar baru sembari mempertahankan kinerja penjualan ke pasar yang sudah ada sampai saat ini seperti Kamboja, Pakistan, dan Bangladesh yang memiliki permintaan masih relatif baik.
Dari sisi operasional, PTBA telah memproduksi 11,9 juta ton batu bara dan mengangkut 11,7 juta ton batu bara. Adapun, pada tahun ini PTBA telah memangkas volume produksi hingga akhir tahun ini menjadi sebesar 25,1 juta ton dari sebelumnya sebesar 30,3 juta ton.
Di sisi lain, total liabilitas perseroan membengkak menjadi sebesar Rp10,92 triliun dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 sebesar Rp7,6 triliun. Adapun, liabilitas tersebut terdiri atas Rp3,3 triliun liabilitas jangka panjang dan Rp7,6 triliun jangka pendek.
Kenaikan liabilitas jangka pendek itu disebabkan adanya pos utang dividen yang mencapai Rp3,65 triliun.
Sementara itu, arus kas dan setara kas perseroan per 30 Juni 2020 juga naik 81,7 persen menjadi Rp8,64 triliun dari posisi 31 Desember 2019 sebesar Rp4,75 triliun. Dengan demikian, total aset PTBA per 30 Juni 2020 naik menjadi Rp26,89 triliun dibandingkan per 31 Desember 2019 sebesar Rp26,09 triliun.
PTBA juga telah menyerap capital expenditure atau capex sebesar Rp1 triliun sepanjang semester I/2020. Jumlah tersebut cenderung rendah dari target alokasi capex 2020 pada awal tahun sebesar Rp4 triliun.
Arviyan menjelaskan hal itu seiring dengan keterlambatan beberapa proyek yang terhambat akibat pandemi Covid-19. Adapun, Arviyan memprediksi perseroan hanya akan menyerap capex sebesar Rp2,7 triliun hingga Rp3 triliun hingga akhir tahun.