Bisnis.com, JAKARTA — Kendati pergerakan dolar Amerika Serikat mulai kembali melemah, dinamika pasar berpotensi membuat aset safe haven ini kembali perkasa. Di sisi lain, peluang penguatan rupiah belum tertutup sepenuhnya.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang garuda terapresiasi 0,03 persen menjadi Rp14.895 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (29/9/2020). Sejak awal tahun, pelemahan rupiah mencapai 7,42 persen.
Rupiah dibuka di zona hijau pada level Rp14.875 per dolar ASdan bergerak pada rentang Rp14.872 - Rp14.918 per dolar AS sepanjang perdagangan. Sementara itu, indeks dolar turun 0,23 poin atau 0,24 persen menjadi 94.0550 pukul 18.30 WIB.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan tekanan terhadap rupiah kemungkinan karena kekhawatiran perlambatan pemulihan ekonomi Indonesia di kuartal III dan kuartal IV tahun ini.
Di sisi lain, penguatan dolar AS mulai berkurang sejak awal pekan karena dimulainya kembali pembicaraan paket stimulus AS, yang mana stimulus tersebyt diharapkan bisa mendorong lagi pemulihan ekonomi AS.
“Pasar mulai kembali masuk ke aset berisiko dan keluar dari dollar AS sehingga dollar sedikit melemah,” jelas Ariston kepada Bisnis, Selasa (29/9/2020)
Baca Juga
Meskipun demikian, dia menyebut kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi masih ada di tengah kondisi pandemi berpotensi mendorong pasar untuk kembali ke aset aman lagi seperti mata uang greenback.
Adapun, saat ini AS tengah bersiap menyelenggarakan Pemilu. Meski akan semakin memicu dinamika pasar, Ariston menilai pasar aset berisiko bakal mendapatkan sentimen positif bila terjadi pergantian kepemimpinan di AS.
“Jadi kalau survei menunjukkan calon dari Demokrat yang menang, aset berisiko termasuk rupiah bisa menguat,” simpulnya.