Bisnis.com, JAKARTA - Kebangkitan dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini membuktikan bahwa greenback masih menjadi salah satu aset safe haven pilihan pada masa resesi global.
Dolar AS sempat ditinggalkan karena kebijakan akomodatif dari Bank Sentral AS (Federal Reserve), tetapi investor kini mulai masuk.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dollar turun tipis 0,03 persen menjadi 94.324 pada Jumat (25/9/2020) pukul 13.22 WIB. Sejak awal tahun, dollar AS terdepresiasi 2,11 persen namun pekan ini mulai menguat lebih dari 1,5 persen.
Penguatan dolar AS diperkirakan berlanjut didukung oleh faktor teknikal.
“Dolar AS menjadi pilihan aset safe haven sampai kita mendapatkan informasi terbaru mengenai vaksin, pendapatan, Pemilu AS, dan stimulus,” kata Direktur Utama Great Hill Capital LLC. Thomas Hayes di New York, seperti dikutip dari Bloomberg pada Jumat (25/9/2020).
Sampai kejelasan itu tiba, Hayes memperkirakan dollar AS akan menyentuh titik terendahnya hanya dalam jangka pendek.
Baca Juga
Adapun, pergerakan dolar AS tampak fluktuatif sejak awal tahun ini. Greenback sempat reli pada Juni namun kembali melempem karena prospek pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
Namun demikian, daya tarik dollar AS sebenarnya belum pudar mengingat mata uang ini paling likuid di pasar dengan yield menarik. Tak hanya itu, investor juga tampak tak memiliki pilihan lain untuk mata uang safe haven selain greenback.
Mata uang safe haven lain seperti yen bahkan sudah tumbang karena berkorelasi positif dengan volatilitas saham di Jepang.
“Masih ada keyakinan tinggi terhadap dollar AS sebagai mata uang pilihan ketika pasar volatil. Banyak investor yang siap dengan volatilitas tinggi yang membuat dollar AS semakin perkasa,” kata Chief Asia Market Strategist JPMorgan Asset Management.