Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amrtika Serikat melemah ke level terendah sejak Juli 2020 pada perdagangan Senin (21/9/2020) menyusul munculnya dokumen laporan FinCEN yang mengungkapkan transaksi janggal beberapa bank global besar yang diduga meloloskan praktek pencucian uang.
Dilansir dari Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 2,45 persen ke level 26.978,49, sedangkan indeks S&P 500 melemah 1,61 persen dan Nasdaq Composite turun 1,47 persen.
Harga saham-saham perbankan berguguran di awal perdagangan, termasuk saham JPMorgan Chase & Co, Bank of America Corp, dan Citigroup Inc. jatuh.
Di sisi lain, saham sektor penerbangan dan pariwisata seperti Carnival Corp. dan American Airlines Group Inc. menguat dan mengimbangi pelemahan.
Dilansir dari Bloomberg, dokumen The Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) Files mengungkap bahwa JPMorgan, Deutsche Bank AG, dan HSBC Holdings Plc termasuk di antara bank-bank global yang terus mengambil untung dari pemain yang kuat dan berbahaya" dalam dua dekade terakhir, bahkan setelah AS menjatuhkan hukuman pada lembaga keuangan ini.
Dokumen tersebut merinci transaksi lebih dari US$2 triliun antara 1999 dan 2017 yang diduga sebagai kemungkinan praktik pencucian uang atau aktivitas kriminal lainnya.
Baca Juga
Ketika kematian AS terkait Covid-19 mendekati 200.000, mantan Komisaris Badan Pengawas Makanan dan Obat AS Scott Gottlieb mengatakan dia memperkirakan Negeri Paman Sam akan mengalami "setidaknya satu siklus lagi" penyebaran virus di musim gugur dan musim dingin.
Pelaku pasar juga mencermati kabar penggantian hakim agung AS Ruth Bader Ginsburg yang meninggal Jumat lalu. Pemimpin Senat AS dari Partai Republikan Mitch McConnell mengatakan pihaknya akan mengadakan voting untuk mengkonfirmasi nominasi pengganti Ginsburg.
Meski demikian, rencana tersebut ditolak oleh Partai Demokrat. Kandidat Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengatakan hal tersebut akan menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diubah kembali.
"Pasar memulai pekan ini dalam mode risk-off," kata kepala strategi mata uang global Brown Brothers Harriman & Co, Win Thin, seperti dikutip Bloomberg.
“Sulit untuk menunjukkan satu penyebab karena ada banyak risiko yang berkembang. Beberapa dari pendorong ini telah hadir selama berminggu-minggu,” lanjutnya.