Bisnis.com, JAKARTA – Saham Sony Corp. terperosok ke zona merah setelah perusahaan tersebut dikabarkan bakal memangkas proyeksi penjualan PlayStation 5 atau PS5 untuk tahun fiskal 2020 akibat masalah produksi.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/9/2020) , perusahaan yang tercatat dengan ticker SNE di Bursa New York tersebut menurunkan estimasi penjualan PS5 dari sekitar 15 juta unit menjadi 11 juta unit. Adapun, produk ini belum resmi dirilis dan ditentukan harga jualnya.
Perusahaan yang berbasis di Tokyo itu memangkas proyeksi penjualannya bukan karena persoalan pasar. Langkah ini dilakukan akibat permasalahan produksi yang terjadi di dalam internal perusahaan tersebut.
Salah satu masalah produksi yang dihadapi perusahaan tersebut adalah yield produksi yang hanya mencapai 50 persen untuk komponen system-on-chip (SOC) untuk PlayStation 5. Hal ini membuat perusahaan memiliki keterbatasan untuk menggenjot produksi konsol tersebut.
Yield produksi adalah persentase dari dari barang tidak cacat dari semua barang yang diproduksi. Maka, dengan persentase 50 persen artinya dari setiap 10 unit PS5 yang diproduksi, separuhnya berakhir dalam kondisi cacat dan tak dapat dijual.
Padahal, Sony sejatinya telah melakukan langkah tepat untuk menjaga produksinya di tengah pandemi. Menghadapi potensi permintaan yang meningkat karena pandemi, perusahaan ini meningkatkan pesanan pasokan komponen kepada para pemasoknya pada Juli.
Baca Juga
Berita ini langsung menjadi momok bagi pergerakan saham SNE di Bursa New York. Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 13.00 waktu setempat, SNE turun sebesar 1,84 persen ke harga US$76,29 per saham.
Analis Citigroup Kota Ezawa mengatakan bahwa apabila berita tersebut terbukti benar maka akan berdampak negatif terhadap perusahaan. Dia juga menyoroti tantangan rendahnya yield produksi SOC yang akan berdampak terhadap beban komponen dan margin laba.
“Jika berita tersebut benar, maka kami akan memandang penurunan proyeksi penjualan ini sebagai sesuatu yang buruk,” katanya.
Meski demikian, penurunan proyeksi ini baru merupakan estimasi dan perusahaan dapat kembali melakukan revisi. Sony masih memiliki waktu cukup panjang jika perlu melakukan hal ini karena periode tahun fiskal baru akan berakhir pada Maret 2021.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Sony masih menolak memberikan komentar.
Celakanya, masalah produksi dan penurunan target penjualan Sony justru terjadi saat para kompetitornya bergerak cepat. Contohnya, Microsoft Corp. yang telah menerapkan strategi harga yang cukup agresif untuk menandingi PS5.
Pekan lalu, Microsoft mengumumkan dua konsol terbarunya yakni Xbox Series S dan Series X akan dipasarkan dengan harga US$299 dan US499. Masa prapemesanan juga sudah bisa dilakukan mulai 22 September.
Di sisi lain, Sony baru dijadwalkan akan merilis PS5 beserta harga resminya pada Rabu (16/9/2020) waktu setempat. PS5 versi penuh dengan Blu-Ray Drive diperkirakan akan dibanderol di atas US$499, sedangkan versi digitalnya seharga US$400.
Sejak awal tahun, Sony memang memasang strategi konservatif untuk PS5 dan dihadapkan pada dilema harga jual. Meski begitu, pandemi telah memberi dampak positif terhadap peningkatan langganan layanan PlayStation Plus dan membuat mereka mencetak rekor penjualan.