Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Bursa Malaysia mengalami kenaikan ditopang naiknya harga minyak kedelai hingga lockdown di Malaysia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (15/9/2020) pukul 16.20 WIB, harga CPO untuk kontrak November 2020 di bursa Malaysia Derivatif Exchange (MDE) terpantau naik 23 poin atau 0,80 persen ke 2.915 ringgit per ton.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi beberapa faktor harga CPO kembali mengalami penguatan salah satunya adalah pesaing utama dari CPO yaitu minyak kedelai juga mengalami penguatan bersamaan dengan peningkatan konsumsi di Amerika Serikat.
Sebagai gambaran, harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) tengah menguat ke 0,20 persen.
“Jadi sangat wajar di bursa komoditas kacang kedelai naik, sehingga berpengaruh juga ke harga minyak CPO,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (15/9/2020).
Selain itu, kata Ibrahim, prospek ekspor minyak sawit di Malaysia pada awal hingga pertengahan September mengalami peningkatan sekitar 10—12 persen, sehingga mengerek harga minyak CPO di bursa Malaysia.
Baca Juga
“Kenapa? Karena secara bersamaan data tenaga kerja di Malaysia mengalami penurunan signifikan sehingga permintaan untuk CPO relatif lebih besar karena memasuki musim panas ini kebutuhan untuk minyak tinggi,” ujar dia
Dia juga memproyeksikan tren penguatan ini masih berlanjut karena Malaysia masih melakukan lockdown, sehingga kemungkinan besar produksi CPO akan terbatas karena tenaga manusia juga turun.
“Ini yang menyebabkan sentimen positif harga CPO melonjak ke RM2.900,” imbuhnya.
Di sisi lain, di dalam negeri pemerintah tengah fokus mengembangkan biofuel yakni B30 dan B40. Hal ini diperkirakan akan ikut mendongrak sentimen positif terhadap harga CPO ke depannya.
“Karena kita tahu Indonesia kemungkinan tidak akan fokus pada impor minyak untuk bensin kendaraan. Kemungkinan besar Indonesia akan memanfaatkan minyak CPO untuk dijadikan bahan bakar solar,” tutur Ibrahim.
Dia juga menyebut saat biodiesel B30 dan B40 ini diluncurkan, kemungkinan permintaan CPO negara-negara tradisional seperti China, India, Korea Selatan, dan Jepang akan mengalami penurunan.
Ibrahim memproyeksi hingga akhir tahun ini harga CPO bisa menyentuh 3.600 ringgit — 3.800 ringgit per ton. Adapun, jika produksi B30 dan B40 bisa berjalan di akhir tahun ini, dia menyebut tahun depan harga minyak sawit bisa terus berada di level 3.000 ringgit per ton.
“Karena produksinya akan fokus terhadap biosolar sehingga permintaan untuk CPO cukup besar tapi produksinya kecil. Ini bisa mengangkat sentimen,” tutupnya.