Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak menguat pada awal perdagangan pekan ini, Senin (14/9/2020), didorong oleh penguatan seluruh indeks sektoral.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG mengawali perdagangan di zona hijau dengan penguatan 1,44 persen atau 72,104 poin ke level 5.088,82, kemudian melanjutkan penguatannya ke posisi 5.109,64 pada pukul 09.05 WIB.
Seluruh 10 sektor pada indeks bergerak menguat, dipimpin oleh sektor properti yang naik 3,48 persen dan sektor aneka industri dengan penguatan 2,01 persen.
Selanjutnya, sektor finansial menguat 1,76 persen, sektor industri dasar naik 1,37 persen, dan sektor pertambangan mengaut 1,31 persen.
Sebanyak 224 saham menguat, 52 saham melemah, sedangkan 110 saham stagnan pagi ini.
IHSG sebelumnya mampu unjuk gigi pada perdagangan Jumat (11/9/2020). Sempat amblas 2,34 persen pada pembukaan, indeks mampu kembali ke zona hijau dan menutup pekan dengan penguatan 2,56 persen atau 125,25 ke level 5.016,712.
Total transaksi saham di seluruh papan perdagangan mencapai Rp14 triliun pada sesi Jumat (11/9/2020). IHSG mampu menguat signifikan dan kembali ke level 5.000 di tengah aksi jual atau net sell investor asing yang mencapai Rp2,26 triliun.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang telah memperkirakan bentuk PSBB jilid kedua tidak akan seperti periode Maret 2020. Selain itu, terdapat sejumlah perbedaan kondisi dibandingkan dengan 6 bulan lalu.
Edwin menyebut sudah banyak paket stimulus yang diluncurkan dalam 6 bulan terakhir. Dengan demikian, dampak penerapan PSBB tidak seberat awal penyebaran pandemi Covid-19.
Penyerapan anggaran paket stimulus menurutnya juga sudah cukup besar. Selain itu, beberapa vaksin sudah ditemukan.
“Mengetahui hal tersebut, seharusnya dampaknya akan kecil ke market ketimbang bulan Maret 2020 sehingga IHSG tidak akan jatuh sedalam Maret 2020. Terakhir, pengalaman setelah diberlakukannya relaksasi PSBB, IHSG menguat cukup tajam,” paparnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Head Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo memprediksi pasar akan bergerak volatil. Pihaknya mengharapkan pemerintah akan berkoordinasi agar efek dari PSBB tidak terlalu memukul ekonomi.
“Kalau kami lihat untuk segi inflow mungkin masih belum ya, karena asing saat ini dalam posisi risk off yang artinya mereka cenderung berinvestasi di aset yang lebih defensif,” tuturnya.