Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Gerak Wall Street Pekan Ini Dibayangi Tenggat Tarif Trump

Wall Street pekan ini dipengaruhi tenggat tarif Trump pada 1 Agustus 2025, pertemuan The Fed, laporan keuangan raksasa teknologi, dan data ketenagakerjaan AS.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Tenggat waktu kebijakan tarif global baru Amerika Serikat menjadi salah satu dari sejumlah agenda penting yang berpotensi mengguncang pasar saham AS pada pekan ini.

Presiden AS Donald Trump telah memperpanjang tenggat hingga 1 Agustus 2025 bagi pemberlakuan tarif impor yang lebih tinggi terhadap sejumlah mitra dagang, kecuali tercapai kesepakatan. Hal tersebut dapat memicu peningkatan volatilitas pasar menjelang akhir pekan depan.

Sejumlah agenda penting lainnya juga masuk dalam radar investor, mulai dari pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, laporan ketenagakerjaan bulanan AS, hingga laporan keuangan dari raksasa teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Amazon.

Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments menuturkan, akan ada banyak hal yang harus dicerna pasar pekan depan.

“Ekspektasi pasar meningkat dibandingkan beberapa bulan lalu, jadi ini akan menjadi minggu besar lainnya untuk membuktikan apakah ekspektasi tinggi itu bisa dipenuhi,” katanya dikutip dari Reuters, Senin (28/7/2025).

Indeks acuan S&P 500 terus mencetak rekor penutupan baru sepanjang pekan ini. Saham-saham AS telah pulih dari koreksi tajam yang terjadi setelah pengumuman tarif “Hari Pembebasan” Trump pada 2 April lalu memicu kekhawatiran resesi, yang sejak itu mulai mereda.

S&P 500 telah melonjak 28% sejak posisi terendah tahun ini pada awal April, sementara indeks teknologi Nasdaq Composite telah melesat 38% dalam periode yang sama.

“Kita baru saja mengalami imbal hasil setara tiga tahun dalam waktu tiga setengah bulan. Pasar saham perlu mengonsolidasikan kenaikan ini,” kata Chris Galipeau, Senior Market Strategist di Franklin Templeton Institute.

Indikator volatilitas pasar juga menunjukkan penurunan signifikan. Cboe Volatility Index (VIX) yang sempat melonjak ke level 60 pada April, kini berada di bawah median jangka panjangnya di 17,6 sepanjang Juli, dan pada Rabu lalu mencatat penutupan terendah dalam lima bulan.

Meski begitu, gejolak pasar masih muncul di beberapa sektor. Lonjakan tajam pada saham-saham dengan posisi short tinggi seperti Kohl's dan Opendoor Technologies menandakan potensi kembalinya fenomena “meme stock”, yang bisa mengindikasikan ekses antusiasme investor ritel terhadap risiko.

Sementara itu, reli pasar yang mencetak rekor turut mengerek valuasi saham ke level yang secara historis tergolong mahal. 

Menurut LSEG Datastream, rasio harga terhadap laba (P/E) S&P 500 saat ini berada di 22,6 kali, jauh di atas rata-rata jangka panjang sebesar 15,8. Hal ini membuat pasar rentan terhadap potensi kekecewaan minggu depan.

Tarif yang lebih tinggi terhadap Uni Eropa dan sejumlah negara lainnya akan mulai berlaku 1 Agustus, setelah sebelumnya Trump menangguhkan beberapa tarif timbal balik terberatnya pasca gejolak pasar pada April lalu.

“Ada keyakinan pasar bahwa pemerintah tidak akan seagresif ancaman mereka, karena efek yang terlihat pada April lalu,” ujar Kevin Gordon, Senior Investment Strategist di Charles Schwab. “Ujian berikutnya adalah melihat seberapa jauh ancaman itu benar-benar diwujudkan.”

Sentimen The Fed

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan Rabu mendatang, seiring para pejabat menunggu data lebih lanjut untuk melihat apakah tarif akan memperburuk tekanan inflasi sebelum memangkas suku bunga lebih lanjut.

Namun, ketegangan antara Gedung Putih dan bank sentral mengenai arah kebijakan moneter meningkat. Trump berulang kali mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell karena tidak menurunkan suku bunga. Dua gubernur Fed yang ditunjuk oleh Trump bahkan menyatakan dukungan terhadap pemangkasan suku bunga bulan ini.

Pekan depan juga akan dipenuhi laporan keuangan perusahaan besar, termasuk Apple, Microsoft, Amazon, dan Meta Platforms—empat dari “Magnificent Seven” yang memiliki bobot besar terhadap indeks utama berkat kapitalisasi pasar yang masif.

Hingga saat ini, sekitar 30% perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangannya. Menurut LSEG IBES, laba kuartal II/2025 diperkirakan naik 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, melampaui proyeksi awal sebesar 5,8% pada 1 Juli.

Pekan perdagangan akan ditutup dengan laporan ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat (1/8/2025). Berdasarkan data Reuters hingga Kamis, ekonomi AS diperkirakan menciptakan 102.000 lapangan kerja baru pada Juli, menurun dari 147.000 pada Juni.

“Kita telah melihat data ekonomi yang relatif kuat, bahkan menunjukkan percepatan moderat pada Juni. Saya pikir pasar sudah mencerminkan hal tersebut dalam harga,” pungkas Miskin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro