Mengutip Bloomberg pada Rabu (9/9/2020) pukul 14.55 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Oktober 2020 tercatat turun 0,79 persen ke level US$2,381 per mmtb di New York Merchantile Exchange.
Sehari sebelumnya, harga merosot 7,26 persen dan sejak awal bulan harga gas alam berjangka terkoreksi 5,83 persen.
Pada tahun ini, harga gas alam menyentuh level terendah dalam sedekade terakhir sebesar US$1,725 tepatnya pada 26 Juni 2020.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pandangan dunia terhadap gas alam saat ini persis ketika batu bara ditinggalkan karena emisi karbon dioksidanya dapat memperparah pemanasan global.
“Saat terjadi pandemi virus corona, ada perubahan yang cukup luar biasa di mana negara-negara ini tidak lagi menggunakan gas tetapi memilih sumber energi dari tenaga surya dan angin,” jelas Ibrahim kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Dia menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 membuat pemerintah di seluruh dunia mengalihkan sebagian besar anggaran belanja untuk bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi.
Pembangunan pipa gas alam yang memakan dana cukup besar pun ditinggalkan dulu. Sebagai gantinya, energi lain yang lebih murah dari gas alam lebih dicari seperti tenaga surya dan angin.
Baru-baru ini, pembangunan pipa gas raksasa dari Pesisir Pantai Atlantik di AS hingga Irlandia telah dibatalkan karena pemerintah di kedua negara menilai pembangunan pipa itu bakal memakan dana yang besar.
“Artinya memang saat ini hampir semua negara menolak gas alam karena meningkatnya biaya, pipa jalur di Atlantik ini menelan biaya cukup tinggi,” ujar Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan harga gas alam hanya mampu rebound ke kisaran US$2,500—US$2,600 per mmtb pada akhir tahun ini ditopang oleh musim dingin yang lebih ekstrim di Amerika Serikat. Adapun, gas alam biasanya digunakan untuk penghangat dan keperluan memasak.