Bisnis.com, JAKARTA – Aksi penutupan gerai beberapa perusahaan ritel ternama tanah air di tahun pandemi ini setidaknya menimbulkan kekhawatiran masyarakat termasuk juga pelaku pasar dalam menilai prospek pertumbuhan kinerja.
Sebelum pengumuman Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memberlakukan kembali aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta yang akan dimulai pada Senin (14/9/2020) mendatang, perusahaan ritel sudah mulai mengambil langkah strategis untuk menutup beberapa gerai ritelnya.
Emiten ritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) contohnya, mengakui sudah menutup 3 gerai ritel besarnya sepanjang tahun ini.
Corporate Secretary Ace Hardware Indonesia Helen Tanzil mengatakan telah menutup dua gerai perseroan di Semarang dan satu gerai perseroan di Kuningan City, Jakarta pada tahun 2020 ini.
“Alasannya (penutupan tiga gerai tersebut) sama, masa sewa berakhir dan pindah ke lokasi yang lebih baik,” ungkap Helen kepada Bisnis pada Rabu (9/9/2020).
Helen juga tak menampik bahwa ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perseroan dalam evaluasi kinerja gerai dalam periode waktu tertentu untuk menentukan penutupan gerainya termasuk pertumbuhan penjualan dan profitabilitas.
Baca Juga
Adapun, Helen menyatakan dengan penutupan dua gerai, pihaknya sudah kembali membuka satu gerai yang lebih besar di Semarang pada bulan Juni lalu.
Di sisi lain, perseroan sudah merealisasikan pembukaan 11 gerai Ace Hardware Indonesia yang menggelontorkan dana belanja modal hingga Rp100 miliar hingga saat ini.
Emiten berkode saham ACES tersebut memproyeksikan masih akan membuka 2 hingga 3 gerai tambahan hingga akhir tahun mendatang.
Di sisi lain, emiten ritel yang memiliki mayoritas tenant di mall, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) atau Grup MAP menyatakan memang telah banyak merealisasikan penutupan gerainya di tahun pandemi ini.
“Gerai yang ditutup itu alasan utamanya karena memang masa kontrak rentalnya sudah berakhir, dan tidak dilanjutkan kontraknya,” tutur VP Investor Relations & Corporate Communications Grup MAP Ratih D. Gianda kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Dalam paparan publik sebelumnya, manajemen juga mengungkap bahwa periode ini merupakan momentum yang tepat bagi perseroan untuk menutup beberapa gerainya yang tidak terlalu menunjukkan profit tercermin dari indikator EBITDA gerai yang belum mencapai 5 persen.
Dikutip dari pemberitaan sebelumnya, Wakil Direktur Grup MAP V.P Sharma juga menargetkan pengurangan biaya tetap perseroan hingga 35 persen pada tahun ini. Penurunan biaya tetap ini berlaku secara keseluruhan tidak hanya untuk biaya sewa dan karyawan semata.
“Salah satu contohnya concept store Travelogue disatukan dengan department store sehingga lebih efisien lagi. Juga akan diberlakukan automation di kantor untuk setiap departemen demi mendukung efisiensi,” ungkapnya baru-baru ini.
V.P Sharma juga menyatakan sulit untuk membandingkan same-store sales growth atau pertumbuhan antar toko untuk setiap brand ritel perseroan karena perbedaan kondisi dan karakteristik antara toko untuk situasi yang ada saat ini. Dengan demikian, perseroan juga tidak memberikan proyeksi keuangan untuk tahun 2020 dikarenakan situasinya yang tidak menentu.
Di lantai bursa, saham emiten ritel terpantau mengalami ‘kebakaran’ hebat pada perdagangan Kamis (10/9/2020). Saham emiten ACES terpantau mengalami pelemahan 6,96 persen atau 110 poin ke level Rp1.470, sementara saham MAPI juga melorot 6,92 persen atau 45 poin ke level Rp605.